Jumat, 10 Mei 2013

FILSAFAT ABAD MODERN IDEALISME, MATERIALISME, DAN POSITIVISME



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Secara umum aliran Materialisme, Eksistensialisme, dan Idealisme merupakan suatu aliran filsafat yang lahir karena ketidakpuasan beberapa filusuf memandang filsafat pada masa yunani hingga modern, seperti protes terhadap rasionalisme yunani. Oleh karena itu, mereka ingin menghidupkan kemabali rasionalisme keilmuan subyektifitas (individualisme), humanisme, dan lepas dari pengaruh atau dominasi agama (gereja).

2.      Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.     Memenuhi tugas dari dosen mata kuliah pengantar filsafat.
2.     Untuk megetahui aliran-aliran ilsafat modern.
3.     Untuk meningkatkan kreatifitas dalam pembuatan makalah.

3.      Metode Penulisan
Kali ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Cara yang digunakan pada penelitian ini adalah Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.

4.      Rumusan Masalah
a.        Pengertian Idealisme dan Pemikiran Tokohnya
b.       Pengertian Materialisme dan Pemikiran Tokohnya
c.        Pengertian Positivisme dan Pemikiran Tokohnya


BAB II
PEMBAHASAN

1.      IDEALISME
a.      Pengertian Idealisme
Para Penganut Paham Naturalisme dan Materialisme mengatakan bahwa istilah-istilah yang mereka sarankan ( Materi, alam, dan sebagainya ). Sudah cukup untuk memberikan keterangan mengenai segenap kenyataan.
Kiranya ada hal-hal seperti pengalaman, nilai, makna dan sebagainya yang tidak akan mengandurng makna, kecuali jika ada usaha untuk memperkenalkan istilah-istilah yang lain atau merupakan tambahan terhadap istilah-istilah yang bersifat naturalistis.
Dengan demikian tampak bahwa “jiwa” atau “roh”. Merekan Istilah yang harus ada sebagai tambahan terhadap istilah-istilah yang lain. Mereka yang mengatakan bahwa Pengertian “jiwa” atau “roh” diperlukan, dinamakan “kaum idealis” dan ajarannya dinamakan Idealisme
b.      Pemikiran Tokoh-tokoh Kaum Idealisme
G. Watts Cunningham, salah seorang diantara kaum Idealisme yang terkemuka di Amerika Serikat, memberikan definisi paling sederhana kepada Idealisme sebagai berikut :
“ Idealisme merupakan suatu ajaran kefilsafatan yang berusaha menunjukkan agar kita dapat memahami materi atau tatanan kejadian-kejadian yang terdapat dalam ruang dan waktu sampai pada hakekatnya yang terdalam, maka ditinjau dari segi logika kita harus membayangkan adanya jiwa atau roh yang menyertainya dan yang dalam hubungan tertentu bersifat mendasari hal-hal tersebut.[[1]]
I.         Alam Sebagai Sesuatu yang Bersifat Rohani
Secara umum dapat dikatakan ada dua macam Kaum Idealis yaitu kaum Spiritualis dan kaum Idealis. Para penganut paham spiritualisme ( jangan dicampuradukan dengan Ilmu Pengetahuan Semu yang disebut Spiritisme ) berpendirian bahwa segenap tatanan alam dapat dikembalikan kepada atau berasal dari sekumpulan roh yang beraneka ragam dan berbeda-beda derajatnya.
II.      Tingkat-tingkat Alam
Pendirian bahwa dalam alam semesta dapa dipulangkan kepada atau berasal dari roh ditolak oleh Kaum Idealis Macam Kedua, yaitu Menganut Paham Dualisme. Kaum Idealis yang dualistis menyatakan bahwa alam merupakan tatanan yang mempunyai tingkat-tingkat yang berbeda-beda.
III.   Penalaran yang didasarkan atas Makna
Menurut, Wilbur M. Urban, seorang Penganut Idealisme yang lain dewasa ini, berpendirian, semua penganut paham idealisme tentu bersepakat bahwa dunia kita ini mengandung makna. Sebab jika tidak demikian, makna tugas para Filsuf yang sebenarnya menjadi tidak berarti.
Demikian kata Urban, dapatlah dipahami bahwa tatanan alam yang didasarkan atas berlakunya humu sebab-akibat sudah mengandalkan adanya makna dan tidak sebaliknya, karena tatanan alam sesungguhnya merupakan bagian dari suatu kebulatan yang lebih besar.
Kaum Idealis juga mengatakan bahwa yang terdalam ialah nilai-nilai merupakan Pengandaran bagi adanya makna.
Langkah terakhir dari Penalaran diatas menyatakan sebagi berikut :
Suatu makna jika hendak dikatakan makna harus diketahui terlebih dahulu, suatu nilai jika hendak dikatakan nilai harus mendapat penghargaan. Kiranya dapat disimpulkan bahwa karena didunia terdapat makna dan nilai, maka yang sedalam-dalamnya ialah sejenis Jiswa yang dapat mengetahui makna-makna tadi dan yang dapat memberikan penghargaan, kepada nilai-nilai sesuatu yang sedalam-dalamnya dari Alam Semesta, meskipun mungkin bukan merupakan substansi yang dalam.
IV.   Jiwa dan Nilai
Istilah roh dalam khasanah kata-kata kita adalah pengakuan mengenai adanya nilai-nilai dan adanya sesuatu dalam diri kita, yang berupa alat-alat inderawi kita, yang menangkap dan memberi penghargaan kepada nilai-nilai tersebut. Dengan kata lain sesuatu dalam diri kita yang memberikan pengakuan serta penghargaan kepada nilai-nilai itulah yang dinamakan roh.

Menurut William E Hocking, seorang idealis yang terkemuka lebih jauh lagi langkahnya dalam usaha memberikan penjelasan mengenai istilah “jiwa”. Jiwa bersifat mempersatukan segala hal. Misalna, mempersatukan yang sungguh-sungguh ada dan yang mungkin ada. Setiap hal yang bersifat fisik senantiasa termasuk dalam salah satu segi dari pasangan-pasangan diatas dan tidak sekaligus dalam termasuk  dalam kedua macam segi. Setiap hal semacam ini senantiasa merupakan fakta yang sungguh-sungguh ada pada masa kini. Maka yang membedakan jiwa dari setiap obyek alam ialah bahwa jiwa selain merupakan sandaran bagi yang mungkin ada, masa depan dan yang bernilai atau secara singkat merupakan sandaran bagi kemungkinan adanya nilai-nilai dimasa depan. Kegiatan hakikatnya ialah mempertautkan nilai-nilai yang mungkin terdapat dimasa depan dengan fakta yang sungguh ada di masa kini. Dan menurut hemat saya hanya jiwalah yang dapat melakukan itu. Jiwa itulah yang merupakan satu-satunya alat yang dapat mewujudkan kemungkingan-kemungkinan di masa depan.
Seorang Idealis mengatakan bahwa pada hakekatnya untuk dapat memberikan penjelasan terhadap kenyataan kita memerlukan istilah-istilah seperti ”jiwa”, ”nilai-ilai”, dan ”makna” sebagai tambahan terhadap dan yang mendahului istilah-istilah yang lain sperti ”alam”, ”kualitas”, ”ruang”, ”waktu”, ”materi” dan sebagainya.
Sejumlah kaum Idealis berpendirian bahwa semua kenyataan merupakan jiwa. Ajaran semacam ini disebut ”Pan Psikisme”. Mendasarkan diri pada semacam eklektisisme yaitu dengan menggunakan istilah-istilah yang berasal dari bahasa-bahasa yang dipakai oleh para penganut ajaran naturalisme maupun idealisme.
Misalnya, istilah roh mutlak yang menunjuk kepada sesuatu yang mengatasi alam, sedangkan kaum naturalis karena berpendirian bahwa segenap kenyataan bersifat kealaman, pasti menolak roh mutlak dan memandangnya tidak mengandung makna. Begitu pula, naturalisme pasti mengajarkan bahwa jiwa merupakan hasil proses alami kaum idealis pasti menantang pendirian semacam ini.

2.      MATERIALISME
a.     Pengertian Materialisme
Materialisme adalah paham yang menyatakan bahwa alam terdiri dari unsur-unsur yang disebut materi. Sebelum dikembangkannya fisika modern, ataom merupakan substansi renik yang keras, tidak dapat ditembus. Setelah berkembangnya fisika modern ternyata ditemukan unsur yang lebih kecil didalam atom. Hal demikianlah yang disebut mater.
Kamu materialis pada masa lampau memandang alam semesta tersusun dari zat zat renik serta dapat diterngkan dengan hukum-hukum dinamika. Dari pendapat itulah para materialis modern menemukan rumus fisika modern yaitu E=mc², yang menyatakan bahwa tenaga E posisinya dapat saling dipertukarkan dengan massa m.
Menurut kaum materialis dewasa ini dengan salah satu cara yang sudah disesuaikan berdasarkan penemuan-penemuan ilmu positif yang baru (Red.TW), mengatakan bahwa substansi yang paling dalam adalah materi. Dengan demikian pernyataan yang mengungkapkan bahwa “kenyataan dianggap material” dipandang bahwa segala sesuatu yang hendak dikatakan nyata (I) dalam babak terakhir berasar dari materi atau (e) berasal dari gejala-gejala yang bersangkutan dengan materi.[[2]]
Dewasa ini yang dianut materialisme baru bahwasanya yang ada permulaannya adalah materi. Materialisme modern menyatakan pola anorganis ada terlebih dahulu dari pada organisme yang hidup. Sistem material organis tersusun secara tinggi serta berliku-liku. Sedangkan sistem material anorganis tersusun lebih rendah dan sederhana dibandingkan sistem organis. Materi yang tersusun secamam itu membua jlan bagi tingkatan susunan yang secara keseluruhan merupakan kebulatan yang ciri pengenalnya ialah keadaannya yang diatur oleh hukum-hukum yang berbeda.[[3]]
b.      Pemikiran Tokoh-tokoh Kaum Materialisme
I.       Ilmu (Positif) Definisi Mengenai Kenyataan
Bagi kaum materalis memandang kenyataan merupakan apa yang ditetapkan oleh ilmu sebagai kenyataan. Sedangkan hasil penelitian fisika maupun kimia sebagai pembatasa mengani apa yang dimaksud dengan materi. Seluruh alam semesta dipandang berasal dari materi terdalam. Selanjutnya pada setiap tahapan dapat memunculkan cara-cara baru mengenai gerak gerik. Demikian itulah akibat dari pola-pola baru dalam penyusunan materi.
Dilihat dari perbedaan, pandangan mengenai materialisme modern dan materialisme yang lebih tua terletak pada kemajuan ilmu. Materialisme mengambil hasil-hasil ilmu. Bahan acuan bagi materialisme ialah hasil-hasil penemuan ilmu modern.
Menurut Roy Wood Sellars, pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang paling memadai yang kita miliki
II.    Ontologi kaum Materialis
Sellar mengungkapkan sejumlah pendirian kaum materialis di bidang Ontologi. Hal tersebut akan dikutip dibawah ini :
1).     Pengertian yang jelas mengenai ”materi” dapat diperoleh berdasarkan sejumlah kategori yang ditetapkan secara empiris, seperti kesinambungan, eksistensi, kegiatan sebab-akibat, yang dihubungkan dengan fakta-fakta empiris yang terperinci mengenai struktur, gerak-gerik dan daya pengaruh dalam kerangka ruang-ruang tertentu, kategori-kategori semcam ini diperoleh dengan cara memahami secara akal sembari kerja atas dasar tangkapan inderawi dan kesadaran diri.
2).     Naturalisme yang sudah dewasa tidak akan memulangkan segala sesuatu kepada satu jenis substansi belaka dan juga tidak mengajarkan bahwa segala sesuatu tersusun dari atom-atom yang serba ditentukan oleh hukum-hukum mekanika.
3).     Alam semesta bersifat abadi dan sebagai keseluruhan tidak terarah secara lurus kepada suatu tujuan tertentu.
4).     Jiwa merupakan kategori rohani maupun jasmani dan bersangkut-paut dengan kegiatan-kegiatan serta kemampuan-kemampuan yang melekat pada diri yang bersifat organis yang berada dalam tingkatan penggunaan otak.
5).     Substansi-substansi material atau zat-zat yang berkesinambungan terjadi serta rusak dalam kerangka kelestarian segenap hal yang bersifat material sebagai keseluruhan.
6).     Kesadaran merupakan suatu kualitas tersembunyi yang di dalamnya manusia mendapatkan sumber bagi kegiatan-kegiatan yang dilakukanny.[[4]]
III. Materalisme merupakan paham monistis
Paham monistis merupakan pendirian materialisme dijaman modern ini. Dalam babak terakhir segala sesuatu berasal dari unsur dasar yang disebut materi. Kenyataan senantiasa bereksistensi. Segala hal yang bersifat materi senantiasa menempati ruang tertentu yang bersangkutan dengan waktu
IV. Perkembangan antara materialisme dan naturalisme
Kaum naturalis dapat dikatakan sebagai seorang materialis saat kaum naturalis menyatakan pengertian materi hendaknya tidak dibicarakan dalam bidang Ontologis melainkan dengan ilmu pengetahuan, yaitu fisika. Keduanya mendasari diri dari hasil-hasil ilmu pengetahuan serta menilai tingi metode-metode ilmiah
Dalam membahas mengenai kenyataan, kaum materialis menggunakan kata “materi” sebagai istilah pokok paham mereka. Namun bagi kaum naturalis, mereka menggunakan kata alam sebagai istilah pokok paham mereka. Kaum materialisme berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada bersifat kealaman sekaligus bersifat kebendaan mati. Sedangkan bagi Naturalisme apa saya yang ada bersifat kealaman.

3.      POSITIVISME
a.      Pengertian Positivisme
Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.[[5]]
b.     Tokoh Aliran Positivisme
I.          Positivisme mempunyai tokoh aliran yaitu Agus Comte (1978-1857M). Menurut Comte, indera mempunyai peranan penting dalam memperoleh pengetahuan. Indera saja belum cukup, maka dari itu perlu dipertajam dengan alat bantu serta didukung dengan eksperimen. Eksperimen memerlukan pengukuran yang jelas, misalnya panas diukur menggunakan termometer. Menurut paham positivisme kita memerlukan ukuran yang jelas serta teliti. Kemajuan sains benar-benar dimulai
II.       Pada dasarnya positivisme  bukan aliran khas yang berdiri tersendiri. Paham positivisme melengkapi Empirisme dan Rasionalisme yang bekerja sama. Dengan demikian paham positivisme menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukkan perlunya eksperimen dan pengukuran. Jadi positivisme sama dengan gabungan dengan Empirisme dan Rasionalisme.
III.    Menurut Agus Comte, perkembangan pemikiran manusia secara personal maupun bangsa melewati tiga zaman yaitu :
o   Zaman Teologis
Zaman Teologis yaitu zaman dimana manusia mempercayai bahwa dibelakang gejala-gejala alam, terdapat kuasa adlkodrati yang mengatur fungsi tersebut. Zaman teologis dibagi lagi menjadi tiga periode, yaitu :
1).   Periode Pertama dimana benda-benda dianggap berjiwa (animisme)
2).   Periode Kedua manusia mempercayai dewa-dewa (politeisme)
3).   Periode Ketiga manusia percaya pada satu Tuhan
o   Zaman Metafisis
Zaman Metafisi, kekuatan yang adlkodrati digantikan dengan ketentuan abstrak
o  Zaman Positif
Zaman Positif yaitu zaman orang yang tidak lagi berusaha mencapai pengetahuan tentang hal yang mutlak, namun mencari hukum-hukum dari fakta-fakta yang diperoleh melalui pengalaman serta akalnya. Tujuan utama zaman ini akan terpenuhi bila gejala-gejala dapat disusun dan diatur dibawah satu fakta yang bersifat umum.
IV.    Hukum tahap ini tidak berlaku untuk seluruh rohani umat manusia, tetapi berlaku perorangan.
V.       Perkembangan ilmu pengetahuan tersusun sedemikian rupa, sehingga satu ilmu yang mengandalkan ilmu-ilmu sebelmunya. Dengan demikian Comte menempatkan deretan ilmu pengetahuan dengan urutan : ilmu pasti, astronomi, fisika, kimia, biologi dan sosiologi.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1.      Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Ada beberapa tokoh idealisme diantaranya yakni: G. Watts Cunningham, Wilbur M. Urban, dan  William E Hocking.
2.      Materialisme adalah aliran yang memandang bahw segala sesuatu adalah realitas, dan realitas seluruhnya adalah materi belaka. Aliran materialisme juga merupakan aliran yang berpendapat bahwa segala sesuatu dari materi, oleh materi dan kembali pada materi.
3.      Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan


DAFTAR PUSTAKA


G. Watts Cunningham, The Idealistic Argument in Recent British dan American Philosphy, New York : Appelton-Century-Crofste, ine 1993.
Kattsoff, louiso, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta : Penerbit Tiara Wacana Yogya, 1992)
Roywood Sellars, dkk (eds), Philosphy For The Future, (New York : Macmillan Co, 1949)
______________, “ Is Naturalism Enough”, dalam Jurnal of Philosophy, Vol X, No.20 (Sept, 1944)
Ahmad Syadah dan Mudzakir, Filsafat Umum, (Bandung : Penerbit CV. Pustaka Setia, 1997)



[1] G. Watts Cunningham, The Idealistic Argument in Recent British dan American Philosphy, New York : Appelton-Century-Crofste, ine 1993, hal 339
[2] Kattsoff, louiso, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta : Penerbit Tiara Wacana Yogya, 1992), hlm.220
[3] Roywood Sellars, dkk (eds), Philosphy For The Future, (New York : Macmillan Co, 1949) hal VI-VII
[4] Roy Wood Sellar, “ Is Naturalism Enough”, dalam Jurnal of Philosophy, Vol X, No.20 (Sept, 1944), hal 541
[5] Ahmad Syadah dan Mudzakir, Filsafat Umum, (Bandung : Penerbit CV. Pustaka Setia, 1997), hlm 133

1 komentar:

Muflikh Latief mengatakan...

thanks, tu janinnya mengganggu banget. hahaha, bikin ga konsen