Jumat, 10 Mei 2013

FILSAFAT PRA SOCRATES



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senantiasa terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatassannya. Dalam situsi itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan ilahiah.
     Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan pikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses  mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggungjawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.
     Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang ini kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya. Umat manusia lebih dulu memifikrkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.
     Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar meneganai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia. Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran.
Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan tentang filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran hingga kita bisa memvonisnya,karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu. Sebagaimana definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah habis untuk dikupas. Tapi justru itulah mengapa filsafat begitu layak untuk dikaji demi mencari serta memaknai segala esensi kehidupan.
     Di dalam bab selanjutnya akan dijelaskan mengenai perkembangan filsafat yaitu Filsafat Yunani Kuno Pra Socrates.

2.      Tujuan
a.       Untuk melengkapi tugas mata kulaih Filsafat Umum
b.      Untuk memahami lebih dalam lagi akan arti filsafat dan sejarah perkembangannya
c.       Sebagai bahan diskusi
.
3.      Metode Penulisan
Kali ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Cara yang digunakan pada penelitian ini adalah Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.

4.      Rumusan Masalah
a.        Definisi Filsafat
b.       Masa Pemikiran Filsafat Pra Socrates
c.        Beberapa Tokoh Filsafat Yunani pada zaman Pra Socrates


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Definisi Filsafat
Secara etimologis kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia, Philosophia terdiri dari dua kata, yaitu philein yang berarti mencintai atau philia yang berarti cinta serta sophos yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Dari bahasa Yunani ini melahirkan kata dalam bahasa Inggris philosophy yang diterjemahkan sebagai cinta kearifan/kebijaksanaan. Cinta dapat diartikan sebagai suatu dinamika yang menggerakan subjek untuk bersatu dengan objeknya dalam arti dipengaruhi dan diliputi objeknya. Sedangkan kearifan atau kebijaksanaan dapat diartikan ketepatan bertindak. Dalam bahasa Inggris dapat ditemukan kata policy dan wisdom untuk menyebut kebijaksanaan. Namun yang sering dipergunakan dalam filsafat adalah kata wisdom dan lebih ditujukan pada pengertian kearifan.

2.      Masa Pemikiran Filsafat Pra Socrates
Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Baik dunia maupun manusia para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang bijak yang mencari-cari jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut. Sedangkan arti filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia artinya bijaksana/pemikir yang menyelidiki tentang kebenaran-kebenaran yang sebenarnya untuk menyangkal dongeng-dongeng atau. mite-mite yang diterima dari agama.
Pemikiran filusuf inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik dunia maupun manusia yang menyebablan akal manusia tidak puas dengan keterangan dongeng atau mite-mite tersebut dengan dimulai oleh akal manusia untuk mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu.
Mite-mite tentang pelangi atau bianglala adalah tempat para bidadari turun dari surga, mite ini disanggah oleh Xenophanes bahwa “pelangi adalah awan” dan pendapat Anaxagoras bahwa pelangi adalah pemantulan matahari pada awan (pendapat ini adalah pendapat pemikir yang menggunakan akal). Dimana pendekatan yang rasional demikian menghasilkan suatu pendapat yang dikontrol, dapat diteliti oleh akal dan dapat diperdebatkan kebenarannya. Para pemikir filsafat yang pertama hidup dimiletos kira-kira pada abad ke 6 SM, dimana pada abad tersebut pemikiran mereka disimpulkan dari potongan-potongan yang diberitakan oleh manusia dikemudian hari atau zaman. Dan dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam artinya para ahli fikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menja disasaran para ahli filsafat teresbut (obyek pemikirannya adalah alam semesta).

Tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal alam besar dari mana terjadinya alam itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat majuu, rasioanl dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang dilain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.

3.      Beberapa Tokoh Filsafat Yunani pada Zaman Pra Socrates
Filosuf yang hidup pada masa pra Socrates disebut para filosuf alam karena objek yang mereka jadikan pokok persoalan adalah alam. Yang dimaksud dengan alam (fusis) adalah kenyataan hidup dan kenyataan badaniah. Jadi, perhatian mereka mengarah kepada apa yang dapat diamati.[[1]]
a.      Thales (625-545 SM)
Siapakah Thales ini? Sebagaimna halnya juga pada banyak filsuf lain dari zaman ini, kita tidak mengetahui tanggal lahir dan tanggal kematiannya. Tetapi satu tanggal dapat ditentukan dengan kepastian cukup besar. Karena sebagai salah satu jasanya diceritakan bahwa satu kali ia berhasil meramalkan gerhana matahari. Para ahli astronomi modern mengatakan bahwa gerhana matahari tersebut tidak bisa lain daripada tanggal  28 Mei tahun 585M. Itu tidak berarti bahwa Thales membuat ramalan itu persis mengenai tanggal itu.[[2]] Thales adalah seorang saudagar yang banyak berlayar ke negeri Mesir, ia juga seorang ahli politik yang terkenal di Miletos saat itu masih ada kesempatan baginya untuk mempelajari ilmu matematik dan astronomi.
Ada yang mengatakan bahwa Thales mempergunakan kepintarannya itu sebagai ahli nujum. Karena pada suatu waktu ia pernah meramalkan aka nada gerhana matahari pada bulan itu dan tahun itu dan ramalan itu benar.
Hal itu menyatakan bahwa ia mengetahui ilmu matematik orang Babilonia yang sangat tersohor pada waktu itu.
Dengan jalan berfikir Thales mendapat keputusan tentang soal besar yang senantiasa mengikat perhatian; apa asal alam itu? Apa yang menjadi sebab penghabisan dari segala yang ada? Berdasarkan pengalamannya sehari-hari dijadikanlah pikirannya untuk menyusun bangun alam sebagai orang pesisir ia dapat melihat bahwa air laut menjadi smber hidup.
Thales pula kemegahan air laut yang menjadikan ia takjub. Demikianlah laut meyebarkan bibit seluruh dunia yang menjadi dasar penghidupan. Pandangan pikirannya menyatukan semua pada air.
Bagi Thales, air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan yang jadi, tetapi juga akhir dari segala yang ada yang jadi itu. Di awal air di ujung air. Air sebab yang penghabisan ! Asal air pulang ke air. Air yang satu itu adalah bingkai dan pula isi. Atau dengan kata lain, filosofi air adalah substrat ( bingkai ) dan substansi ( isi ) kedua-duanya.[[3]]
b.      Anaximandros Anaximandros (610-547 SM)
Anaximandros adalah salah satu dari murid Thales. Ia lebih muda lima belas tahun dari Thales, tapi meninggal dua tahun lebih dulu dari Thales. Anaximandros adalah seorang ahli astronomi dan ilmu bumi.
Sebagai filosuf ia lebih besar dari gurunya. Oleh karena itu, meskipun ia murid Thales, namun mempunyai prinsip dasar alam memang satu akan tetapi prinsip dasar tersebut bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagaimana yang dikatakan gurunya. Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut Apeiron.
Apeiron adalah zat yang tak terhitung dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan, tak ada persamannya dengan apapun. Segala yang kelihatan itu, yang dapat ditentukan rupanya dengan panca indera kita, adalah barang yang mempunyai akhir, yang berhingga. Sebab itu barang asal, yang tiada berhingga, dan tiada berkeputusan, mustahil salah satu dari barang yang berakir itu. Segala yang tampak dan terasa dibatasi oleh lawannya. Yang panas dibatasi oleh yang dingin. Dimana bermula yang dingin, disana berakhir yang panas. Yang cair dibatasi oleh yang beku, yang terang oleh yang gelap. Dan bagaimana yang berbatas itu akan dapat memberikan sifat kepada yang tidak berkeputusan.
Segala yang tampak dan terasa, segala yang dapat ditentukan rupanya dengan panca indera kita, semuanya itu mempunyai akhir. Ia timbul ( jadi ), hidup, mati dan lenyap. Segala yang berakhir berada dalam kejadian senantiasa, yaitu dalam keadaan berpisah dari yang satu kepada yang lain. Yang cair menjadi beku dan sebaliknya. Semuanya itu terjadi dari ada Apeiron dan kembali pula kepada Apeiron.
Demikianlah kesimpulan hukum dunia menurut pandangan Anaximandros. Disitu tampak kelebihannya daripada gurunya.[[4]]
c.        Anaximenes (585-494 SM)
anaximenesAnaximenes adalah salah satu murid Anaximandros. Ia adalah filosuf alam terakhir dari kota Miletos. Sesudah ia meninggal dunia kemajuan filosuf alam berakhir di kota tersebut. Banyak ahli fikir dari kota tersebut sebab kota Miletos pada tahun 494 SM diserang dan ditaklukan oleh bangsa Persia. Dengan kepergian para ahli fikir itu, maka kebesaran kota Miletos sebagai pusat pengajaran filosufi alam lenyap.
Pandangan filsafatnya tentang kejadian alam ini sama dasarnya dengan pandangan gurunya. Ia mengajarkan bahwa barang yang asal itu satu dan tidak berhingga. Hanya saja ia tidak dapat menerima ajaran Anaximandros, bahwa barang yang asal itu tak ada persamaannya dengan barang yang lain dan tak dapat dirupakan. Baginya yang asal itu mestilah satu dari yang ada dan yang tampak. Barang yang asal itu ialah udara. Udara itulah yang satu dan tidak berhingga.
Thales mengatakan air asal dan kesudahan dari segala-galanya. Anaximenes mengatakan udara. Udara yang memalut dunia ini, menjadi sebab segala yang hidup. Jika tak ada udara itu, tak ada yang hidup. Pikirannya ke sana barangkali terpengaruh oleh ajaran Anaximandros, bahwa “ Jiwa itu serupa dengan udara.” Sebagai kesimpulan ajarannya dikatakan: “Sebagaimana jiwa kita, yang tidak lain dari udara, menyatukan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia ini jadi satu”.
d.      Pythagoras (572 – 497 SM )
pytagorasPythagoras lahir dipulau Samos yang termasuk daerah Ionia dalam kota ini Pythagoras mendirikan suatu tarekat beragama yang sifat-sifatnya akan dibicarakan di bawah ini. Tarekat yang didirikan Pythagoras bersifat religious, mereka menghomati dewa Apollo.
Menurut kepercayaan Pythagoras manusia asalnya tuhan jiwa itu adalah penjelmaan dari tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa dan dia akan kembali kelangit kedalam lingkungan tuhban bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu, hidup didunia ini adalah persediaan buat akhirat. Sebab itu semula dari sini dikerjakan hidup untuk hari kemudian.
Pythagoras tersebut juga sebagai ahli pikir. Terutama dalam ilmu matematik dan ilmu berhitung. Falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia angka-angka. Dunia angka adalah dunia kepastian dan dunia ini erat hubungannya dengan dunia bentuk. Dari sini dapat dilihat kecakapannya dia dalam matematik mempengaruhi terhadap pemikiran filsafatnya sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan merupakan paduan dari unsur angka.
e.       Heraklitos (535-475 SM)
Ia lahir dikota Ephesos diasi minor, ia mempunyai pendangan yang berbeda dengn filosof-filosof sebelumnya. Ia menyatakan bahwa asal segala suatu hanyalah satu yakni api.
Ia memandang bahwa api sebagai anasir yang asal pandangannyasemata-mat tidak terikat pada alam luaran, alam besar, seperti pandangan filosof-filosof Miletos.
Segala kejadian didunia ini serupa dengan api yang tidak putusnya dengan bergantu-ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri segala permulaan adalah mula dari akhirnya. Segala hidup mula dari pada matinya. Didunia ini tidak ada yang tetap semuanya mengalir.
Tidak sulit untuk mengerti apa sebab Heraklitos memilih api. Nyala api senantiasa memakan bahan bakar yang baru dan bahan bakar itu dan berubah menjadi abu dan asap. Oleh karena itu api cocok sekali untuk melambangkan suatu kesatuan dalam perubahan.
f.       Parmenides (540-475 SM)
Ia lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan. Dialah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (being). Ia kagum adanya misteri segala realitas yang ada. Di situ ia menemukan berbagai (keanekaragaman) kenyataan, dan ditemukan pula adanya hal yang tetap dan berlaku secara umum. Sesuatu yang tetap dan berlaku umum itu tidak dapat ditangkap melalui indera, akan tetapi akan ditangkap lewat pikiran atau akal. Untuk memunculkan realitas tersebut hanya dengan berpikir.
Yang ada (being) itu ada, yang ada tidak dapat hilang menjadi tidak ada, dan yang tidak ada adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan hanyalah yang ada saja, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan.
Jadi, yang ada (being) itu satu, umum, tetap dan tidak dapat dibagi-bagi. Karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak yang ada, dan itu tidak mungkin. Yang ada tidak dijadikan dan tidak dapat musnah. Tidak ada kekuatan apapun yang dapat menandingi yang ada. Tidak adaaaaaa sesuatu pun yang sapat ditambahkan atau mengurangi terhadap yang ada. Kesempurnaan yang ada digambarkan, sebuah bola yang jaraknya dari pusat kepermukaan semuannya sama. Yang ada di segala tempat, oleh karananya tidak ada ruangan yang kosong, maka di luara yang ada masih ada sesuatu yang lain.
g.      Leukippos ( 540 SM)
Leukippos adalah ahli pikir yang pertama mengajarkan tentang atom. Menurut pendapatnya tiap benda terdiri dari atom. Yang dipakai sebagai dasar teorinya tentang atom ialah yang penuh dan kosong. Atom dinamainya yang penuh sebagai benda betapapun kecilnya dan bertubuh. Dan setiap yang bertubuh mengisi lapangan yang kosong. Jadi di sebelah yang penuh dan yang kosong itulah kejadian alam ini. Keduandan yang penuh dan yang kosong mesti ada sebab kalau tak ada yang kosong atom itu tidak dapat bergerak.
Seperto Parmenides, ia menyatakan tidak mungkin ada penciptaan dan pemusnahan mutlak, akan tetapi ia tidak ingin menolak kenyataan banyak, bergerak, lahir ke dunia dan menghilang yang tampak pada segala sesuatu. Banyak, gerak, lahir dan hilang tidak mungkin kita paham tanpa adanya tidak ada (non-being), dalam hal ini ia selendapat dengan Parmenides, namun ia menambahka bahwa tidak ada (non-being) mempunyai arti pula sebagaimana ada (being). Being berarti pemenuhan ruang, berarti pula penuh, non-being berarti kekosongan.
h.      Demokritos ( 460-360 SM)
Menurut Demokritos, segala sesuatu mengandung penuh dan kosong. Jikalau kau menggunakan pisau itu harus menemukan ruang kosong, supaya dapat menembus. Jika apel itu tidak mengandung kekosongan, ia tentu keras dan secara pisik tidak dapat dibelah. Sedangkan bagian yang penuhdari segala sesuatu dapat dibagi-bagi menjadi titik-titik yang tak terbatas jumlahnya., dan karena kecilnya ia tidak dapat ditangkap dengan pancaindera. Bagian kecil-kecil itu tak dapat dibagi dan tidak mengandung kekosongan. Ia bernama atomos yang artinya tak dapat dibagi.
Demokritos adalah murid Leukippos, dan sama dengan pendapat gurunya bahwa alam ini terdiri dari atom-atom yang bergerak-gerak tanpa akhir, dan jumlahnya sangat banyak. Dan ia sependapat dengan Heraklitos, bahwa anasir pertama adalah api. Api terdiri dari atom yang sangat halus, licin dan bulat. Atom apilah yang menjadi dasar dalam segala yang hidup. Atom api adalah jiwa.
Jiwa itu tersebar keseluruh badan kita, yang menyebabkan badan kita bergerak. Waktu bernafas kita tolak ia keluar. Kita hidup hanya selama kita bernafas. Demikianlah Demokratis menjadikan atom sebagai asas hidup penglihatan, perasaan dan pendengaran, semuanya timbul dari gerak atom.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Para filosof pada masa pra Socrates di antaranya adalah Thales, Anaximandros, Anaximenes, Pythagoras, Heraklitos, Parmenides, Leukippos dan Demokratis merupakan filosof yang tidak mempercayai cerita-cerita tentang keadaan alam begitu saja tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Mereka tidak sama dengan kebanyakan orang pada saat itu yang hanya menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang ditangkap oleh inderanya dan cukup puas walau hanya menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenk moyang tau legenda pada saat itu.
Thales merupakan salah satu dari filosuf alam yang memiliki pemikiran bahwa “Semuanya itu air”, dari pemikiran yang diungkapannya itu tersimpul dengan sengaja atau tidak. Suatu pandangan yang dalam, yaitu bahwa “Semuanya itu satu”. Selain itu, Anaximandros salah satu dari murid Thales juga mengungkapkan pemikirannya yang ia dapat bahwa prinsip dasar alam memang satu, akan tetapi bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagaimana yang dikatakan oleh gurunya. Prinsip dasar haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut apeiron.
Meskipun mereka berdua seorang filosuf dan memiliki hubungan yaitu guru dengan murid namun dalam segi pemikiran mereka berbeda. Para filosuf tidak begitu saja mempercayai pemikiran atau cerita, meskipun orang terdekat mereka yang mengemukakan, apalagi itu tentang keadaan alam. Mereka lebih berusaha untuk mendapatkan keterangan tentang inti dasar alam itu sendiri dari daya pikirnya sendiri. Seperti Thales dan Anaximandros begitu juga dengan filosuf lainnya. Maka mereka pantas mendapat sebutan sebagai pemikir yang radikal, karena pemikiran mereka begitu mendalam hingga ke akar-akarnya.

DAFTAR PUSTAKA


Hatta Mohammad, Alam Pikiran Yunani, Jakarta : UI Press, 1986
Bertrens, Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta : Penerbit Kanisius , 1984
Hadiwijono Dr. Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat 1, Yogyakarta : Kanisius, 1980
Tafsir Dr. Ahmad, Filsafat Umum, cet. 3, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1994


[1] Dr. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1,Penerbit Kanisius: Yogyakarta, 1980, hal. 16
[2] Bertrens, Sejarah Filsafat Yunani, Penerbit Kanisius : Yogyakarta, 1984, hal 33
[3] Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, UI Press, Jakarta, 1986, hlm. 8.
[4] Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, cet. 3, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1994, hlm. 41.

Tidak ada komentar: