Senin, 13 Mei 2013

KEBEBASAN SEBAGAI FAKTOR PENENTU DALAM TINGKAH LAKU



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
      Sesuai dengan keadaan kehidupan manusia,sudah menjadi sesuatu yang lazim bahwa perilaku manusia itu terbentuk karena adanya aspek – aspek atu faktor – faktor yang mempengaruhinya. Sebagai manusia yang berakhlak, dengan kebebasan yang  kita miliki haruslah dibarengi dengan tanggungjawab agar kebebasan tersebut tidak disalahgunakan dan tetap dalam aturan –aturan yang telah ditetapkan oleh agama islam. Sehingga kita dapat menjadi manusia yang berkualitas.
      Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai kebebasan sebagai faktor penentu dalam tingkah laku.
Semoga bermanfaat.

2.      Rumusan Masalah
Kebebasan sebagai Faktor Penentu dalam Tingkah Laku.

3.      Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.

4.      Metode Penulisan
Kali ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Cara yang digunakan pada penelitian ini adalah Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.

                                               

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebebasan Manusia
1. Objek Material Etika
Etika mempunyai objek material perilaku atau perbuatan manusia yang secara sadar. Jadi Pengertian bahwa etika berarti sikap untuk memahami pilihan-pilihan yang seharusnya diambil diantara sekian banyak pilihan tingkah laku. Etika tidak akan berguna tanpa dilandasi sikap tanggung jawab.
Tanggung jawab hanya dapat dituntut apabila ada kebebasan untuk memilih :
a.       Bebas dalam faham negatif dan positif
Bebas apabila kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh suatu paksaan dari atau keterikatan kepada orang lain.[[1]] Faham ini disebut faham negatif karena hanya bebas dari apa tetapi tidak ditentukan bebas untuk apa.
Seseorang disebut bebas, apabila :
1.)     Dapat menentukan sendiri tujuan-tujuannya dan apa yang dilakukannya
2.)     Dapat memilih antara kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya
3.)     Tidak dipaksa/terikat untuk membuat sesuatu yang tidak akan dipilihnya sendiri ataupun dicegah dari berbuat apa yang dipilihnya sendiri, oleh kehendak orang lain, negara atau kekuasaan.
Faham negatif tentang kebebasan mempunyai arti empirik yang jelas. Orang itu bebas kalau kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh orang lain dengan bentuk paksaan/tekanan. [[2]]


b.      Tiga macam kebebasan
1.)     Kebebasan Jasmaniah
Tidak adanya paksaan terhadap kemungkinan-kemungkinan kita untuk menggerakkan badan kita. Yang melanggar kebebasan jasmaniah hanyalah perasaan. [[3]]
2.)     Kebebasan Kehendak
Kebebasan untuk menghendaki sesuatu kesadaran moral yang berkembang penuh. Orang melakukan kewajibannya karena ia sendiri setuju. Walaupun melakukan kewajiban dapat membawa pengorbanan, tetapi setelah itu justru merasa bebas

c.       Kebebasan yang bertanggung jawab
Kebebasan ditantang kalau berhadapan dengan kewajiban moral. Sikap moral yang dewasa adalah sikap bertanggung jawab. Tak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan.
Kebebasan mempunyai arti :
1.)     Kemampuan untuk menentukan diri sendiri
2.)     Kemampuan untuk bertanggung jawab
3.)     Kedewasaan manusia
4.)     Keseluruhan kondisi yang memungkinkan manusia untuk melaksanakan tujuan hidup.

2. Aliran tentang Kebebasan
a.      Indeterminisme
Kebebasan adalah dasar mutlak manusia, dasar bagi perbuatan manusia. [[4]]
b.      Determinisme
Mengingkari semua kebebasan. Jadi semua perbuatan manusia ditentukan bermacam-macam faktor
c.      Manusia sebagai titik sentral
Menghubungkan determinisme dengan kebebasan moral dan menekankan arti partisipasi manusia didalam alam ini.

B. Tingkah Laku dan Kemauan Bebas
1.      Tujuan Akhir manusia terdapat dalam kebahagiaan sempurna, disebabkan memiliki Tuhan. Dapat tercapai dalam hidup didunia, melainkan dalam kehidupan di akhirat. Hidup ini hanya merupakan perantara suatu jalan untuk mencapai tujuan akhir. Kehidupan manusia terdiri dari rangkaian perbuatan yang ada dibawah pengawasan manusia, hingga ia hidup layak sebagaimana selayaknya derajat manusia.
Perbuatan ini dinamakan tingkah laku. Tujuan hidup adalah bertingkah laku sedemikian rupa, hingga kita dapat mencapai kebahagiaan sempurna. [[5]]
2.      Pencapaian tujuan akhir harus tergantung pada tingkah laku manusia dalam hidupnya.
3.      Tingkah laku teridiri dari perbuatan-perbuatan kemanusiaan. Perbuatan tersebut dikuasai manusia oleh pengawasan yang sadar serta kemauan bebas, dan oleh sebab itu, manusia bertanggung jawab terhadap perbuatannya.
4.      Perbuatan kemanusiaan bersifat Tiga Anasir.
a.       Pengetahuan yang memberikan tujuan dan jalan-jalannya, memberikan peritmbangna, menjaga perhatian serta kesadaran yang diperlukan untuk menentukan kemauan. Pengetahuan adalah syarat bagi tindakan kemauan yang sebenarnya
b.      Kerelaan kemauan yang menuntut bahwa pelaksana mengetahui apa yang dikerjakan, dan menuntut pula bahwa pelaksana mau mengerjakan
c.       Kebebasan, manusia dapat memilih yang harus diperbuatnya.
5.      Kemauan Bebas
a.       Suatu perbuatan dapat mengakibatkan baik serta buruk.
b.      Kerelaan
Positif, kalau seseorang mau mengerjakan sesuatu.[[6]]
Negatif, kalau mau meninggalkan sesuatu
c.       Bagaimana supaya perbuatan dapat disebut Bebas.
1.)   Maksud adalah aktual, apabila ada kemauan dengan sadar di saat pelaksanaan perbuatan.
2.)   Maksud adalah virtual, apabila kemauan sendiri tak ada lagi, melainkan pelaksanaan perbuatan dipengaruhi oleh kemauan tadi.
3.)   Maksud adalah habitual, apabila kemauan tak ada lagi, tak disangkal, tetapi tak mempengaruhi lagi pelaksanaan perbuatan.
4.)   Maksud interpretatif, adalah maksud yang sebenarnya tak pernah ada, tetapi orang berpendapat bahwa orang yang bersangkutan akan melaksanakan kemauan, kalau ia telah memikirkan seluruh keadaan
Dibedakan antara cara-cara menghendaki perbuatan sendiri dan cara-cara menghendaki perbuatan sendiri dan cara-cara menghendaki akibatnya. Ada akibat yang memang dikehendaki sebagai tujuan perbuatan, ada akibat yang terpaksa dihadapi dan tidak dimaksudkan. Hal ini berjalan secara bersama-sama. Jika orang berusaha menyingkiri justru orang tidak bisa hidup. Sebab itu orang tak selamanya harus[[7]] mencegah kejahatan atau keburukan. Dalam keadaan-keadaan tertentu orang diperbolehkan melaksanakan perbuatan yang tidak hanya menyebabkan akibat baik, tetapi juga yang buruk.
“Asas Akibat Rangka”  yang diizinkan :
1.)    Perbuatan itu sendiri tak boleh bersifat jahat.
2.)    Akibat baik tak boleh didapatkan dari sebab jahat, karena kalau begitu yang jahat dikehendaki secara langsung, yaotu sebagai jalan ke akbiat baik. Tujuan yang baik tidak membenarkan cara-cara yang jahat.
3.)    Akibat buruk/jahat, bukan maksud/tujuan yang pokok.
4.)    Alasan kuat, akibat baiknya lebih ”kuat” dibandingkan akibat buruk, tak ada cara lain yang lebih tepat.
d.      Beberapa Pengaruh yang Dapat mengubah kebebasan
1.)    Ketidaktahuan,  terhadap apa-apa saja yang seharusnya diketahui. Dapat pula terjadi bahwa ketidak tahuan itu secara mutlak tak dapat diatas atau paling tidak secara praktis tak dapat diatasi. Dalam keadaan ini tidak mungkin ada kebebasan.
2.)    Tidak adanya pengendalian hawa nafsu, emosi kuat dari daya keinginan. Hawa nafsu dapat timbul sebelum kemauan kita mempengaruhinya. [[8]]
3.)    Ketakutan, kegelisahan jiaw ayang disebabkan orang melihat bahaya yang bakal datang.
4.)    Kekerasan, adalah kekutan dari luar yang memaksa kita mengerjakan sesuatu yang tidak kita kehendaki.
5.)    Kebiasaan yang diartikan cara tetap pelaksanaan perbuatan. Kebiasaan itu diadakan oleh pengulangan perbuatan yang serupa.














BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa sebuah perilaku tidaklah lepas dari kebebasan dan tanggung jawab. Keduanya mempunyai keterkaitan yang erat satu sama lain dan mempunyai hubungan timbal balik antara kedua pengertian itu. Pada dasarnya kebebasan dan tanggung jawab tersebut memberikan efek dasar yang akan membentuk perilaku baik atau buruk,tergantung dengan apa yang kita perbuat. Tidak mungkin kebebasan tanpa tanggungjawab,sebaliknya tidak mungkin pula tanggungjawab tanpa kebebasan. Dalam arti saat kita melakukan perilaku maka kita akan berada dalam suatu kebebasan,walaupun demikian kita kan tetap bertanggungjawab atas perbuatan tersebut.










DAFTAR PUSTAKA

Zubair,ahmad charris.1995.kuliah Etika.Jakarta:PT.Raja Grafindo persada.


[1] Drs. Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995. hal.39
[2] Ibid hal.40
[3] Ibid hal.41
[4] Ibid hal.42
[5] Ibid hal.46
[6] Ibid hal.47
[7] Ibid hal.48
[8] Ibid hal.49

Tidak ada komentar: