Senin, 13 Mei 2013

Pengertian Etika/Ilmu Akhlak,Norma dan Istilah-Istilah lain yang berkaitan



PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Kata kata seperti “ETIKA”,”ETIS”,dan “MORAL”tidak terdengar dalam ruang kuliah saja dan tidak menjadi monopoli kaum cendekiawan. Diluar kalangan intelektual pun sering disinggung tentang hal-hal seperti itu. Memang benar, dalam obrolan dipasar atau ditengah penumpang-penumpang opelet kata-kata itu jarang sekali muncul. Tapi jika kita membuka surat kabar majalah,hampir setiap hari kita menemui kata-kata tersebut. Berulang kali kita membaca kalimat-kalimat semacam ini : “Dalam dunia bisnis etika merosot terus “,”Etika dan moral perlu ditegaskan kembali”,”adalah tidak etis,jika …”,”Di televisi akhir-akhir ini banyak iklan yang kurang etis “,dan sebagainya. Kita mendengar “moral Pancasila “ dan “etika pembangunan”. Juga dalam pidato-pidato para pejabat pemerintah kata ”etika” dan “moral”banyak dipergunakan banyak dipergunakan . pendeknya,kata-kata seperti ini mewarnai kehidupan kita sehari-hari. Dan dapat ditambah lagi kata-kata ini berfungsi dalam suasana iseng dan remeh,tapi sebaliknya dalam suatu konteks yang serius dan kadang malah amat prinsipiil.
2.      Rumusan Masalah
Pengertian : Ruang lingkup dan urgensi ilmu akhlak (etika).

3.      Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.

4.      Metode Penulisan
Kali ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Cara yang digunakan pada penelitian ini adalah Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.

                                               
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika
1. Asal Usul Etika
Etika (etimologi), berasal dari kata Yunani “Ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat. Idendtik dengan perkataan moral yang berasaa dari kata Latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga Adat atau cara hidup.
Etika dan Moral sama artinya,tetapi dalam pemakain sehari hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk mengkaji system nilai-nilai yang ada.[1]
2. Definisi Etika
Seperti halnya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiah, istilah “etika” pun berasal dari bahasa yunani kuno. Kata yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti : tempat tinggal yang biasa,; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan,sikap, cara berfikir. dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah : adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika “yang oleh filsuf yunani besar Aristoteles (384-322 s.M.) sudah dipakai untuk menunjukan fisafat moral. Jadi jiak kita membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka “ etika “ berarti :  ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adapt kebiasaan.[2]
Dari definisi etika diatas, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan emapat hal sebagai berikut, pertama, dilihat dari segi objek pembahasanya,etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua dilhat dari segi sumbernya, etika bersumber pada mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas,tidak berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebaliknya. Selain itu, etika juga bermanfaat berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi,psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi, dan sebagainya. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya,etika berfungsi sebagai penilai,penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai,buruk,mulia, terhormat, hina, dan sebagianya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilakukan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian system nilai-nilai yang ada. Keempat, dilhat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan ketentuan zaman.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan filosof barat mengenai perbuatan  baik atau buruk dapat dikelompokan kepada pemikiran etika sifatnya Humanistis dan antroposentris yakni bersifat paara pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.[3]
Jadi Etika adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia kepda lainnya, menyatakan sutu tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melkukan apa yang harus diperbuat.[4]

B. Pengertian Akhlak dan Ilmu Akhlak
1.      Pengertian Akhlak
Menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa arab  AKHLAK bentuk jamak dari mufradnya khuluq KHULUQ  yang berarti “budi pekerti”. Sinonimnya : etika dan moral. Etika berasal dari bahasa Latin,etos yang berarti “kebiasaan”. Moral berasal dari bahasa Latin juga, mores, juga berarti “kebiasaan “.
Angkatan kata “budi pekerti” ,Dalam bahasa Indonesia, merupakan kata majemuk dari kata “Budi” dan “pekerti”.Perkataan “Budi” berasal dari bahasa sansekerta, bentuk isim fa’il atau alat yang berarti “yang sadar” atau “yang menyadarakan” atau “alat kesadaran”. Bentuk mashdarnya (momonverbal) budh yang berarti “kesadaran ”.Sedang bentuk mafulnya (objek) adalah budha,artinya “yang disadarkan”,pekerti,berasal dari Bahasa Indonesia sendiri,yang berarti “kelakuan”.
Menurut  terminologi : Kata “budi pekerti” yang terdiri dari kata budi dan pekerti; “budi” ialah yang ada pada manusia,yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, ratio,yang disebut karakter. Pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil ratio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.[5]
2.      Pengertian Ilmu Akhlak
a.       Menurut Al-Ustadz Jaad Al-Maulana
Ilmu akhlak adalah ilmu yang menyelidiki perjalanan hidup manusia di muk bumi ini dan mempergunakannya sebagai norma atau ukuran untuk mempertimbangkan perbuatan,apa yang dibiasakan mereka dari perbuatan dan perkataan dan menyingkap hakikat baik dan buruk.
b.      Menurut Mahdi Ahkam
Ilmu akhlak adalah ilmu yang menyelidiki perbuatan manusia dari arah/ baik dan buruk ilmu percontohan tertinggi untuk perbuatan manusia dan menyelidiki perbuatan yang terakhir manusia.[6]



C. Aturan-aturan/ Norma-norma dalam etika.
1.    Aturan-aturan Perilaku Agama (Adab al-din).
Tuhan menyatakan kehendakan-Nya kepada manusia dan menetapkan kewajiban-kewajiban agama tanpa menginginkan imbalan atau keharusan yang memaksa-Nya untuk melakukan hal tersebut ; :Ia hanya berniat memberikan keuntungan kepada manusia melalui karunia-Nya yang tak terbatas,” yang dimanifestasikan melalui anugerah (ni’am) yang tak terhingga yang ia limpahkan kepada mereka. Dengan karunia dan kasih saying-Nya, tidak satupun dari tiga tipe kewajiban yang kita bebankan kepada manusia yang bentuk keyakinan, perintah dan larangan yang melampaui batas kemampuan mereka. Setiap tipe kewajiban ini, sekalipun telah ditetapkan Tuhan, secara rasional dapat diterima akal sehat. Ini adalah perintah dan larangan yang benar. “ karena ia memerintahkan suatu kewajiban yang benar (ma’ruf) dan melarang sesuatu yang salah (Munkar), sehingga perintah-Nya dan larangan-Nya terhadap  munkar menunjukan ketidakridoan-Nya.
Pemenuhan kewajiban-kewajiban ini di samping sangat esensial bagi sebuah ketaatan juga berperan sebagai sarana kebahagian abadi dalam kehidupan hari akhir.[7]
2.      Aturan-Aturan Perilaku Dunia (Adab Al-Dunya)
Bagian yangt berkaitan dengan “perilaku dunia” membangun tema tentang kelemahan dan rasa ketidakpuasan manusia yang sama pentingnya dengan ide-ide ukhrowi. Karena kelemahan dan rasa ketidakpuasan ini, maka manusia memerlukan bimbingan dan sikap qana’ah terhadap perbuatannya dan dengannya diharapkan dapat melawan kesombongan dan dipaksa untuk kembali kepada Tuhan.[8]
3.      Aturan-aturan Perilaku Individu (Adab Al Nafs)
Bagian ketiga dari karya al-Mawardi Adab al-Dunya Wa al-Din juga berhubugan dengan “Perilaku Individu” dan dapat dikatakan bahwa ia sangat berminat dengan analisis mengenai kebaikan-kebaikan manusia, seperti kerendahan hati, sikap yang baik, kesederhanaan, control diri, amanat, dan terbatas dari iri hati serta kebaikan-kebaikan social, seperti ucapan yang baik dan menjaga rahasia, iffah, sabar, dan tabah, memberi nasehat baik, menjaga kepercayaan dan kepantasan.[9]

D. Istilah Lain yang berkaitan
  1. Etika dan Moral        
Etika dan Moral sama artinya, tetapi dalam pemakain sehari hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk mengkaji system nilai-nilai yang ada.[10]
Etika dan Moral sama artinya,tetapi dalam pemakain sehari hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk mengkaji system nilai-nilai yang ada.[11]
  1. Amoral dan Immoral
Masih mengenai istilah, perlu dibedakan antara amoral dan immoral. Disini terpaksa kita bertolak dari istilah-istilah inggris, karena dalam Bahasa Indonesia kita mengalami kesulitan. Oleh concise oxford dictionary kata amoral diterangkan sebagai “Unconcerned” With, out of the sphere of moral, non moral”. Jadi, kata Inggris amoral berarti : “tidak berhubungan konteks moral”, diluar suasana etis”, “non moral”. Dalam kamus yang sama immoral dijelaskan sebagai “opposed to morality; morality evil”. Jadi, kata Inggris “immoral” berarti : bertentangan dengan moralitas yang baik”, “secara moral buruk”,”tidak etis”.
  1. Etika dan Etiket.
Dalam rangka menjernihkan istilah harus kita simak lagi perbedaan antara “etik“ dan “ etiket “. Kerap kali dua istilah ini dicampuradukkan begitu saja, padahal diantaranya sangat hakiki. “Etika” disini berarti “ moral “ dan “ Etiket “berarti “sopan santun “ (tentu saja, disamping arti lain: “secarik kertas yang ditempelkan pada botol atau kemasan barang”).
Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukan cara yang tepat, artinya, cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Misalnya, jika saya menyerahkan sesuatu kepada atasan, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Dianggap melanggar etiket, bila orang menyerahkan sesuatu dengan tangan kiri. Tetapi etika tidak terbatas pada cara dilakukannya sesuatu perbuatan; etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan boleh atau tidak. Mengambil barang milik orang lain tanpa izin tidak pernah dibolehkan. “jangan mencuri” merupakan suatu norma etika.[12]
  1. Moral
Secara bahasa”moral’berasal dari bahasa latin”mores”artinya adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan arti susila.
Secara istilah,moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia,mana yang baik dan wajar. Moral dikatakan sebagai nilai dasar dalam masyarakat untuk menentukan baik dan buruknya suatu tindakan yang pada akhirnya menjadi adat istiadat masyarakat. Menurut pandangan para ahli bahwa etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal, sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran itu.
  1. Budi Pekerti
Secara bahasa budi pekerti adalah tingkah laku, perangai dan akhlak. Adapun budi pekerti itu sendiri mengandung arti perilaku yang baik, bijaksana, dan manusiawi.
Adapun hubungan antara budi pekerti dengan perangai adalah bahwa budi pekerti mengandung makna yang luas,disebabkan mengenai karakteristik yang dimiliki manusia. Sedangkan perangai merupakan karakteristik bawaan seseorang untuk pembentukannya kadang baik / buruk. Itupun ditentukan oleh berbagai faktor  baik internal maupun eksternal. Budi pekerti maknanya sama dengan akhlak yaitu akhlak mahmudah (akhlak yang baik) dan akhlak madzmumah (akhlak tercela).
  1. Karakter
Yaitu watak atau sifat, fitrah yang ada pada diri manusia yang terikat dengan nilai hukum dan ketentuan Tuhan. Bersemayam dalam diri seseorang sejak kelahirannya. Tidak bisa berubah, meski apapun yang terjadi. Bisa tertutupi dengan berbagai kondisi.
  1. Tabiat
Yaitu sifat, kelakuan, perangai, kejiwaan seseorang yang bisa berubah-ubah karena interaksi sosial dan sangat dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan. Sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa dikehendaki dan tanpa diupayakan.


  1. Adat
Yaitu sifat dalam diri yang diupayakan manusia melalui latihan, yakni berdasarkan keinginan.
  1. Kepribadian
Yaitu tingkah laku atau perangai sebagai hasil bentukan dari pendidikan dan pengajaran baik secara klasikal atau non formal. Bersifat tidak abadi, karena selalu berhubungan dengan lingkungan.
  1. Identitas
Yaitu alat bantu untuk mengenali sesuatu. Sesuatu yang bisa digunakan untuk mengenali manusia.
  1. Watak
Yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi pikiran dan perilaku. Cakupannya meliputi hal-hal yang menjadi tabiat dan hal-hal yang diupayakan hingga menjadi adat.

BAB III
PENUTUP

Etika atau ilmu akhlak sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini dapat dilihat antara lain sebagai berikut :
1.    Pada dasarnya ilmu akhlak bersumber pada Alqur’an dan hadis yang menjelaskan tentang baik dan buruknya tingkah laku seseorag.
2.    Pokok pembahasan akhlak adalah tingkah laku manusia untuk menetapkan nilai yang baik dan buruk.
3.    Akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlak yang baik dan akhlak yang tidak baik, akhlak baik ialah akhlak yang sesuai dengan Alqur’an dan hadis, akhlak yang tidak baik ialah akhlak yang tidak sesuai dengan Alqur’an dan hadis.
Oleh sebab itu, sebagai manusia haruslah berakhlak baik sesuai dengan Alqur’an dan hadis, karena akhlak seseorang tercermin pada kepribadian seseorang. Dia baik dan buruk dapat dilihat dari akhlaknya.
















DAFTAR PUSTAKA

Zubair,ahmad charris.1995.kuliah Etika.Jakarta:PT.Raja Grafindo persada.
Djatnika,Rachmat.1992.sistem Etika Islami (Akhlak Mulia).Jakarta:pustaka Panjimas.
Fakhry,Majid.1996.Etika dan Islam.Yogyakarta;Pustaka Pelajar.
Ma’ruf,Farid.1925.Etika (Ilmu Aklak).Pustaka sistematis.
Bertens,K.1993. Etika Jakarta:Gramedia Pustaka Utama



[1] Achmad Charis Zubair, Kuliah etika, (Jakarta : PT Raja Grafindopersada, 1995)H. 13
[2] K. Bertens, etika, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1993) H .4
[3] http : // www.google.com
[4] Farid Ma’ruf, Etika, (Ilmu Akhlak), (Jakarta : 1975), h. 3
[5] Rachmat Djatmika, System Etika Islami, (Jakarta; Pustaka Panjimas),  h.26
[6] Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islami,…..,, hal. 27
[7] Majid Fakhry, Etika Dalam Islam, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar) h.28
[8] Majid Fakhry, Etika Dalam Islam,….,h. 82
[9]   Majid  Fakhry, Etika Dalam Islam,…., h. 86
[10] K. Bertens, Etika,….,h. 7
[11] Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Jakarta : PT. Raja Grafindopersada, 1995) h. 13
[12] K. Bertens, Etika (Jakarta: PT . Gramedia Pustaka Utama, 1993) , h; 7-9

Tidak ada komentar: