PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Kata kata seperti “ETIKA”,”ETIS”,dan “MORAL”tidak
terdengar dalam ruang kuliah saja dan tidak menjadi monopoli kaum cendekiawan.
Diluar kalangan intelektual pun sering disinggung tentang hal-hal seperti itu.
Memang benar, dalam obrolan dipasar atau ditengah penumpang-penumpang opelet
kata-kata itu jarang sekali muncul. Tapi jika kita membuka surat kabar
majalah,hampir setiap hari kita menemui kata-kata tersebut. Berulang kali kita
membaca kalimat-kalimat semacam ini : “Dalam dunia bisnis etika merosot terus
“,”Etika dan moral perlu ditegaskan kembali”,”adalah tidak etis,jika …”,”Di
televisi akhir-akhir ini banyak iklan yang kurang etis “,dan sebagainya. Kita
mendengar “moral Pancasila “ dan “etika pembangunan”. Juga dalam pidato-pidato
para pejabat pemerintah kata ”etika” dan “moral”banyak dipergunakan banyak
dipergunakan . pendeknya,kata-kata seperti ini mewarnai kehidupan kita
sehari-hari. Dan dapat ditambah lagi kata-kata ini berfungsi dalam suasana
iseng dan remeh,tapi sebaliknya dalam suatu konteks yang serius dan kadang
malah amat prinsipiil.
2. Rumusan Masalah
Pengertian : Ruang lingkup dan urgensi ilmu akhlak
(etika).
3. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.
4. Metode Penulisan
Kali ini penulis menggunakan
metode kepustakaan. Cara yang digunakan pada penelitian ini adalah Studi
Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan
penulisan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
1. Asal Usul
Etika
Etika
(etimologi), berasal dari kata Yunani “Ethos” yang berarti watak kesusilaan
atau adat. Idendtik dengan perkataan moral yang berasaa dari kata Latin “Mos”
yang dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga Adat atau cara hidup.
Etika dan
Moral sama artinya,tetapi dalam pemakain sehari hari ada sedikit perbedaan.
Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan
etika dipakai untuk mengkaji system nilai-nilai yang ada.[1]
2. Definisi Etika
Seperti
halnya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiah, istilah “etika”
pun berasal dari bahasa yunani kuno. Kata yunani ethos dalam bentuk
tunggal mempunyai banyak arti : tempat tinggal yang biasa,; padang rumput,
kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan,sikap, cara berfikir. dalam
bentuk jamak (ta etha) artinya adalah : adat kebiasaan. Dan arti
terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika “yang
oleh filsuf yunani besar Aristoteles (384-322 s.M.) sudah dipakai untuk
menunjukan fisafat moral. Jadi jiak kita membatasi diri pada asal-usul kata
ini, maka “ etika “ berarti : ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adapt kebiasaan.[2]
Dari
definisi etika diatas, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan
emapat hal sebagai berikut, pertama, dilihat dari segi objek pembahasanya,etika
berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua dilhat dari segi
sumbernya, etika bersumber pada mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia
terbatas,tidak berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebaliknya. Selain
itu, etika juga bermanfaat berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti
ilmu antropologi,psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi, dan
sebagainya. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya,etika berfungsi sebagai
penilai,penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh
manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai,buruk,mulia, terhormat,
hina, dan sebagianya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor
terhadap sejumlah perilaku yang dilakukan oleh manusia. Etika lebih mengacu
kepada pengkajian system nilai-nilai yang ada. Keempat, dilhat dari segi
sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan
ketentuan zaman.
Dengan
ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk
dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan filosof barat
mengenai perbuatan baik atau buruk dapat dikelompokan kepada pemikiran
etika sifatnya Humanistis dan antroposentris yakni bersifat paara pemikiran
manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola
tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.[3]
Jadi Etika
adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan manusia kepda lainnya, menyatakan sutu tujuan yang harus
dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melkukan apa yang harus diperbuat.[4]
B. Pengertian Akhlak dan Ilmu Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Menurut
etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa arab AKHLAK bentuk jamak dari
mufradnya khuluq KHULUQ yang berarti “budi pekerti”. Sinonimnya : etika
dan moral. Etika berasal dari bahasa Latin,etos yang berarti “kebiasaan”. Moral
berasal dari bahasa Latin juga, mores, juga berarti “kebiasaan “.
Angkatan
kata “budi pekerti” ,Dalam bahasa Indonesia, merupakan kata majemuk dari kata
“Budi” dan “pekerti”.Perkataan “Budi” berasal dari bahasa sansekerta, bentuk
isim fa’il atau alat yang berarti “yang sadar” atau “yang menyadarakan” atau
“alat kesadaran”. Bentuk mashdarnya (momonverbal) budh yang berarti “kesadaran
”.Sedang bentuk mafulnya (objek) adalah budha,artinya “yang
disadarkan”,pekerti,berasal dari Bahasa Indonesia sendiri,yang berarti
“kelakuan”.
Menurut
terminologi : Kata “budi pekerti” yang terdiri dari kata budi dan pekerti;
“budi” ialah yang ada pada manusia,yang berhubungan dengan kesadaran, yang
didorong oleh pemikiran, ratio,yang disebut karakter. Pekerti ialah apa yang
terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut
behaviour. Jadi, budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil ratio dan
rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.[5]
2.
Pengertian Ilmu Akhlak
a. Menurut Al-Ustadz Jaad Al-Maulana
Ilmu akhlak adalah ilmu yang
menyelidiki perjalanan hidup manusia di muk bumi ini dan mempergunakannya
sebagai norma atau ukuran untuk mempertimbangkan perbuatan,apa yang dibiasakan
mereka dari perbuatan dan perkataan dan menyingkap hakikat baik dan buruk.
b.
Menurut Mahdi Ahkam
Ilmu akhlak adalah ilmu yang menyelidiki perbuatan manusia dari arah/
baik dan buruk ilmu percontohan tertinggi untuk perbuatan manusia dan
menyelidiki perbuatan yang terakhir manusia.[6]
C. Aturan-aturan/ Norma-norma dalam etika.
1. Aturan-aturan Perilaku Agama (Adab
al-din).
Tuhan
menyatakan kehendakan-Nya kepada manusia dan menetapkan kewajiban-kewajiban
agama tanpa menginginkan imbalan atau keharusan yang memaksa-Nya untuk
melakukan hal tersebut ; :Ia hanya berniat memberikan keuntungan kepada manusia
melalui karunia-Nya yang tak terbatas,” yang dimanifestasikan melalui anugerah
(ni’am) yang tak terhingga yang ia limpahkan kepada mereka. Dengan karunia dan
kasih saying-Nya, tidak satupun dari tiga tipe kewajiban yang kita bebankan
kepada manusia yang bentuk keyakinan, perintah dan larangan yang melampaui
batas kemampuan mereka. Setiap tipe kewajiban ini, sekalipun telah ditetapkan
Tuhan, secara rasional dapat diterima akal sehat. Ini adalah perintah dan
larangan yang benar. “ karena ia memerintahkan suatu kewajiban yang benar
(ma’ruf) dan melarang sesuatu yang salah (Munkar), sehingga perintah-Nya dan
larangan-Nya terhadap munkar menunjukan ketidakridoan-Nya.
Pemenuhan
kewajiban-kewajiban ini di samping sangat esensial bagi sebuah ketaatan juga
berperan sebagai sarana kebahagian abadi dalam kehidupan hari akhir.[7]
2. Aturan-Aturan Perilaku Dunia (Adab
Al-Dunya)
Bagian
yangt berkaitan dengan “perilaku dunia” membangun tema tentang kelemahan dan
rasa ketidakpuasan manusia yang sama pentingnya dengan ide-ide ukhrowi. Karena
kelemahan dan rasa ketidakpuasan ini, maka manusia memerlukan bimbingan dan
sikap qana’ah terhadap perbuatannya dan dengannya diharapkan dapat melawan
kesombongan dan dipaksa untuk kembali kepada Tuhan.[8]
3. Aturan-aturan Perilaku Individu (Adab Al
Nafs)
Bagian
ketiga dari karya al-Mawardi Adab al-Dunya Wa al-Din juga berhubugan dengan
“Perilaku Individu” dan dapat dikatakan bahwa ia sangat berminat dengan
analisis mengenai kebaikan-kebaikan manusia, seperti kerendahan hati, sikap
yang baik, kesederhanaan, control diri, amanat, dan terbatas dari iri hati
serta kebaikan-kebaikan social, seperti ucapan yang baik dan menjaga rahasia,
iffah, sabar, dan tabah, memberi nasehat baik, menjaga kepercayaan dan
kepantasan.[9]
D. Istilah Lain yang berkaitan
- Etika dan Moral
Etika dan
Moral sama artinya, tetapi dalam pemakain sehari hari ada sedikit perbedaan.
Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan
etika dipakai untuk mengkaji system nilai-nilai yang ada.[10]
Etika dan
Moral sama artinya,tetapi dalam pemakain sehari hari ada sedikit perbedaan.
Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan
etika dipakai untuk mengkaji system nilai-nilai yang ada.[11]
- Amoral dan Immoral
Masih mengenai istilah, perlu dibedakan antara amoral
dan immoral. Disini terpaksa kita bertolak dari istilah-istilah inggris, karena
dalam Bahasa Indonesia kita mengalami kesulitan. Oleh concise oxford dictionary
kata amoral diterangkan sebagai “Unconcerned” With, out of the sphere of moral,
non moral”. Jadi, kata Inggris amoral berarti : “tidak berhubungan konteks
moral”, diluar suasana etis”, “non moral”. Dalam kamus yang sama immoral
dijelaskan sebagai “opposed to morality; morality evil”. Jadi, kata Inggris “immoral” berarti :
bertentangan dengan moralitas yang baik”, “secara moral buruk”,”tidak etis”.
- Etika dan Etiket.
Dalam rangka menjernihkan istilah harus kita simak
lagi perbedaan antara “etik“ dan “ etiket “. Kerap kali dua istilah ini
dicampuradukkan begitu saja, padahal diantaranya sangat hakiki. “Etika” disini
berarti “ moral “ dan “ Etiket “berarti “sopan santun “ (tentu saja, disamping
arti lain: “secarik kertas yang ditempelkan pada botol atau kemasan barang”).
Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan
manusia. Diantara beberapa cara yang
mungkin, etiket menunjukan cara yang tepat, artinya, cara yang diharapkan serta
ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Misalnya, jika saya menyerahkan
sesuatu kepada atasan, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan
kanan. Dianggap melanggar etiket, bila orang menyerahkan sesuatu dengan tangan
kiri. Tetapi etika tidak terbatas pada cara dilakukannya sesuatu perbuatan;
etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah
apakah suatu perbuatan boleh dilakukan boleh atau tidak. Mengambil barang milik
orang lain tanpa izin tidak pernah dibolehkan. “jangan mencuri”
merupakan suatu norma etika.[12]
- Moral
Secara bahasa”moral’berasal
dari bahasa latin”mores”artinya adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan arti susila.
Secara istilah,moral adalah
sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia,mana yang
baik dan wajar. Moral dikatakan sebagai nilai dasar dalam masyarakat untuk
menentukan baik dan buruknya suatu tindakan yang pada akhirnya menjadi adat
istiadat masyarakat. Menurut pandangan para ahli bahwa etika memandang tingkah
laku perbuatan manusia secara universal, sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, sedangkan etika
menjelaskan ukuran itu.
- Budi Pekerti
Secara bahasa budi pekerti
adalah tingkah laku, perangai dan akhlak. Adapun budi pekerti itu sendiri
mengandung arti perilaku yang baik, bijaksana, dan manusiawi.
Adapun hubungan antara budi
pekerti dengan perangai adalah bahwa budi pekerti mengandung makna yang
luas,disebabkan mengenai karakteristik yang dimiliki manusia. Sedangkan perangai
merupakan karakteristik bawaan seseorang untuk pembentukannya kadang baik /
buruk. Itupun ditentukan oleh berbagai faktor baik internal maupun
eksternal. Budi pekerti maknanya sama dengan akhlak yaitu akhlak mahmudah
(akhlak yang baik) dan akhlak madzmumah (akhlak tercela).
- Karakter
Yaitu watak atau sifat, fitrah
yang ada pada diri manusia yang terikat dengan nilai hukum dan ketentuan Tuhan.
Bersemayam dalam diri seseorang sejak kelahirannya. Tidak bisa berubah, meski
apapun yang terjadi. Bisa tertutupi dengan berbagai kondisi.
- Tabiat
Yaitu sifat, kelakuan,
perangai, kejiwaan seseorang yang bisa berubah-ubah karena interaksi sosial dan
sangat dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan. Sifat dalam diri yang terbentuk oleh
manusia tanpa dikehendaki dan tanpa diupayakan.
- Adat
Yaitu sifat dalam diri yang
diupayakan manusia melalui latihan, yakni berdasarkan keinginan.
- Kepribadian
Yaitu tingkah laku atau
perangai sebagai hasil bentukan dari pendidikan dan pengajaran baik secara
klasikal atau non formal. Bersifat tidak abadi, karena selalu berhubungan
dengan lingkungan.
- Identitas
Yaitu alat bantu untuk
mengenali sesuatu. Sesuatu yang bisa digunakan untuk mengenali manusia.
- Watak
Yaitu sifat batin manusia yang
mempengaruhi pikiran dan perilaku. Cakupannya meliputi hal-hal yang menjadi
tabiat dan hal-hal yang diupayakan hingga menjadi adat.
BAB III
PENUTUP
Etika atau ilmu akhlak sangat
penting dalam kehidupan manusia. Hal ini dapat dilihat antara lain sebagai
berikut :
1. Pada dasarnya ilmu akhlak bersumber pada Alqur’an
dan hadis yang menjelaskan tentang baik dan buruknya tingkah laku seseorag.
2. Pokok pembahasan akhlak adalah tingkah laku
manusia untuk menetapkan nilai yang baik dan buruk.
3. Akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlak yang baik
dan akhlak yang tidak baik, akhlak baik ialah akhlak yang sesuai dengan
Alqur’an dan hadis, akhlak yang tidak baik ialah akhlak yang tidak sesuai
dengan Alqur’an dan hadis.
Oleh sebab itu, sebagai
manusia haruslah berakhlak baik sesuai dengan Alqur’an dan hadis, karena akhlak
seseorang tercermin pada kepribadian seseorang. Dia baik dan buruk dapat
dilihat dari akhlaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Zubair,ahmad charris.1995.kuliah Etika.Jakarta:PT.Raja Grafindo
persada.
Djatnika,Rachmat.1992.sistem Etika
Islami (Akhlak Mulia).Jakarta:pustaka Panjimas.
Fakhry,Majid.1996.Etika dan Islam.Yogyakarta;Pustaka
Pelajar.
Ma’ruf,Farid.1925.Etika (Ilmu Aklak).Pustaka
sistematis.
Bertens,K.1993. Etika Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama
[1] Achmad Charis Zubair, Kuliah etika, (Jakarta :
PT Raja Grafindopersada, 1995)H. 13
[2] K. Bertens, etika, (Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 1993) H .4
[4] Farid Ma’ruf, Etika, (Ilmu Akhlak), (Jakarta :
1975), h. 3
[8] Majid Fakhry, Etika Dalam Islam,….,h. 82
[9] Majid
Fakhry, Etika Dalam Islam,…., h. 86
[10] K. Bertens, Etika,….,h.
7
[11] Achmad Charris Zubair, Kuliah
Etika, (Jakarta : PT. Raja Grafindopersada, 1995) h. 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar