Senin, 13 Mei 2013

MAKALAH BAHASA INDONESIA KUTIPAN



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mengutip adalah suatu hal yang tidak bisa kita hindari dalam menulis sebuah karya ilmiah. Karena, sangat membuang waktu bila sebuah kebenaran yang telah diselidiki dan dibuktikan oleh seorang ahli dan sudah dimuat secara luas dalam sebuah buku atau majalah, harus diselidiki kembali oleh seorang penulis untuk menemukan kesimpulan yang sama. Di samping itu dalam keadaan tertentu seorang penulis karya ilmiah tidak punya waktu untuk menyelidiki suatu segi kecil dari tulisannya secara mendalam. Maka, penulis cukup mengutip pendapat yang dianggapnya benar itu dengan menyebutkan di mana pendapat itu dibaca, sehingga pembaca dapat mencocokkan kutipan itu dengan sumber aslinya.
Meskipun kutipan atas pendapat seorang ahli diperkenankan, namun kutipan yang terlampau banyak, dapat menyeret seorang penulis pada tuduhan kalau ia melakukan plagiat. Penulis harus bisa menahan dirinya untuk tidak terlalu banyak mempergunakan kutipan supaya karangannya tidak dianggap sebagai suatu himpunan dari berbagai macam pendapat.
Sebaliknya, jika penulis tidak mengutip sama sekali, akan dipertanyakan apakah seluruh gagasan, informasi, fakta, serta temuan yang ditulisnya benar merupakan gagasan orisinalnya?
Sebuah karya ilmiah sebaiknya garis besar kerangka karangan, serta kesimpulan-kesimpulan yang dibuat merupakan pendapat penulis sendiri, sedangkan kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapatnya itu.
Sebagai mahasiswa, menulis karya ilmiah seperti makalah adalah sebuah tuntutan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen. Selain itu kita juga dilatih untuk membuat makalah yang baik dan benar agar nantinya dalam memenuhi tugas akhir (skripsi) tidak banyak terjadi kesalahan disana-sini terkait dengan metodologi penulisannya.
Untuk itu, demi menghindari pelanggaran hak cipta dan dengan mempertimbangkan etika dalam penulisan karya ilmiah, penulis perlu mengetahui tentang kaidah-kaidah dalam mengutip. Dalam makalah ini akan dipaparkan definisi, fungsi kutipan dan prinsip-prinsip mengutip.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah yang dapat dijadikan bahan pembahasan dalam makalah ini. Berikut adalah rumusan masalahnya:
1.      Apa yang dimaksud dengan kutipan?
2.      Apa sajakah fungsi kutipan?
3.      Bagaimanakah prinsip-prinsip dalam mengutip?

C.    Metode Pemecahan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini, metode pemecahan masalah yang dilakukan adalah dengan melalui studi literature/metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.

D.    Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis ke dalam 3 bagian meliputi:
Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan makalah.
Bab II, adalah pembahasan.
Bab III, bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.

  

BAB II
KUTIPAN

A.    Definisi Kutipan
Dalam penulisan-penulisan ilmiah −baik penulisan artikel-artikel ilmiah, karya-karya tulis, maupun penulisan skripsi dan disertasi− seringkali dipergunakan kutipan-kutipan untuk menegaskan isi uraian, atau untuk membuktikan apa yang dikatakan.
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah.[[1]] Selain itu kutipan juga dapat diambil dalam bentuk lisan misal melalui media elektronika seperti TV, radio, internet, dan lain sebagainya. Tujuannya sebagai pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, mengutip adalah mengambil perkataan atau kalimat dari buku atau yang lainnya. Mengutip itu berbeda dengan plagiat. Plagiat adalah mengambil karangan-karangan atau pendapat orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan atau pendapat tersebut dari diri sendiri.
Kutipan ditulis untuk menegaskan isi uraian, memperkuat pembuktian, dan kejujuran menggunakan sumber penulisan.[[2]]
Kutipan merupakan salah satu hal yang sangat esensi dalam penulisan karya ilmiah. Dalam penulisan kutipan ada aturan main yang harus diikuti oleh setiap penulis karya ilmiah tanpa kecuali.[[3]]
Dengan menggunakan kutipan, seorang penulis tidak perlu membuang waktu untuk menyelidiki suatu hal yang sudah dibuktikan kebenarannya oleh penulis lain, penulis cukup mengutip karya orang lain tersebut.

B.     Fungsi Kutipan
Fungsi kutipan diantaranya :
1.      Sebagai landasan teori.
2.      Penguat pendapat penulis.
3.      Penjelasan suatu uraian.
4.      Bahan bukti untuk menunjang pendapat itu.[[4]]
Penulisan kutipan berfungsi:
1.      Untuk menunjang fakta, konsep, gagasan atau untuk memberikan informasi tentang sumber data, gagasan dan lain-lain yang relevan.
2.      Untuk memberikan penjelasan tambahan tentang suatu masalah yang dikemukakan dalam teks atau untuk menjelaskan definisi istilah secara cermat.[[5]]
Selain fungsi di atas, kutipan juga memiliki fungsi tersendiri. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Menunjukkan kualitas ilmiah yang lebih tinggi.
2.      Menunjukkan kecermatan yang lebih akurat.
3.      Memudahkan penilaian penggunaan sumber dana.
4.      Memudahkan pembedaan data pustaka dan ketergantungan tambahan.
5.      Mencegah pengulangan penulisan data pustaka.
6.      Meningkatkan estetika penulisan.
7.      Memudahkan peninjauan kembali penggunaan referensi, dan memudahkan penyuntingan naskah yang  terkait dengan data pustaka.[[6]]
Sedangkan fungsi utama kutipan dalam karya ilmiah adalah menegaskan isi uraian atau membuktikan kebenaran yang diajukan oleh penulis berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari literatur, pendapat seseorang atau pakar, bahkan pengalaman empiris. Peletakan kutipan dilakukan dalam dua cara yakni, pada teks atau menjadi bagian catatan kaki. Peletakan pada catatan akhir (endnote) umumnya dilakukan andaikata penulis tidak menginginkan adanya penjelasan yang akan mengganggu keruntutan uraian pada teks.[[7]]
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam mengutip, diantaranya :
  1. Penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu.
  2. Penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan.
  3. Kutipan dapat terkait dengan penemuan teori.
  4. Jangan terlalu bnayak mempergunakan kutipan langsung.
  5. Penulis mempertimbangkan jenis kutipan dan kaitannya dengan sumber rujukan.[[8]]

C.    Prinsip-prinsip Mengutip
Dalam mengutip kita harus menyebutkan sumbernya. Hal itu dimaksudkan sebagai pernyataan penghormatan kepada orang yang pendapatnya dikutip, dan sebagai pembuktian akan kebenaran kutipan tersebut.[[9]]
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan pada waktu membuat kutipan adalah:
1.      Jangan mengadakan perubahan
Pada waktu melakukan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Bila pengarang menganggap perlu untuk mengadakan perubahan tekniknya, maka ia harus menyatakan atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu. Misalnya dalam naskah asli tidak ada kalimat atau bagian kalimat yang diletakkan dalam huruf miring (kursif) atau digaris-bawahi, tetapi oleh pertimbangan penulis kata-kata atau bagian kalimat tertentu itu diberi huruf tebal, huruf miring, atau diregangkan. Pertimbangan untuk merubah teknik itu bisa bermacam-macam untuk memberi aksentuasi, contoh, pertentangan dan sebagainya.
Dalam hal yang demikian penulis harus memberi keterangan dalam tanda kurung segi empat [. . .] bahwa perubahan teknik itu dibuat sendiri oleh penulis, dan tidak ada dalam teks aslinya. Keterangan dalam kurung segi empat itu misalnya berbunyi sebagai berikut: [huruf miring dari saya, Penulis].
2.      Bila ada kesalahan
Bila dalam kutipan terdapat kesalahan atau keganjilan, entah dalam persoalan ejaan maupun dalam soal-soal ketatabahasaan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Ia hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu.
Dalam hal ini kutipan tetap dilakukan, hanya penulis diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan tersebut. Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan sebagai catatan kaki, atau dapat pula ditempatkan dalam tanda kurung segi empat [. . .] seperti halnya dengan perubahan teknik sebagai telah dikemukakan di atas. Catatan dalam tanda kurung segi empat itu langsung ditempatkan di belakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki, diberi catatan, atau yang tidak disetujui itu. Misalnya, kalau kita tidak setuju dengan bagian itu, maka biasanya diberi catatan singkat: [sic!] –kata sic! yang ditempatkan dalam kurung segi empat menunjukkan bahwa penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan itu, ia sekedar mengutip sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah aslinya.
Contoh
“Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya tulis ini kami selalu berusaha mencari bentuk kata yang mengandung makan [sic! ] sentral/distribusi yang terbanyak sebagai bahan dari daftar Swadesh.”
  Kata makan dalam kutipan di atas sebenarnya salah cetak; seharusnya makna. Namun dalam kutipan, penulis tidak boleh langsung memperbaiki kesalahan itu. Ia harus memberi catatan bahwa ada kesalahan, dan ia sekedar mengutip sesuai dengan teks aslinya. Untuk karya-karya ilmiah penggunaan sic! Dalam tanda kurung segi empat yang ditempatkan langsung di belakang kata atau bagian yang bersangkutan, dirasakan lebih mantap.
  1. Menghilangkan bagian kutipan
Dalam kutipan-kutipan diperkenankan pula menghilangkan bagian-bagian tertentu dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya. Penghilangan itu biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik berspasi [. . .]. Jika unsur yang dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah kalimat, maka ketiga titik berspasi itu ditambahkan sesudah titik yang mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri dari satu alinea atau lebih, maka biasanya dinyatakan dengan titik-titik berspasi sepanjang satu baris halaman. Dalam hal ini sama sekali tidak diperkenankan untuk menggunakan garis penghubung [ - ] sebagai pengganti titik-titik. Bila ada tanda kutip, maka titik-titik itu –baik pada awal kutipan maupun pada akhir kutipan- harus dimasukkan dalam tanda kutip sebab unsur yang dihilangkan itu dianggap sebagai bagian dari kutipan.
Contoh
Hal ini cocok dengan kehidupan para kepala itu sebagai pemimpin masyarakat, tetapi juga sebagai pemimpin upacara-upacara keagamaan. Kata Mallinckrodt: “… in primitieve streken is werkzaamheid van het hoofd met betrekking tot de godsdienst een zijner voornaamste functies en de rechspraak, op bovenbedoelde wijze opgevat, word teen ten deele religiuze verricthing, die het magisch evenwicht der gemeenschap herstellen moet.”[[10]]



BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Kutipan merupakan salah satu kelengkapan dalam penulisan makalah yang dapat memberikan penegasan bahwa suatu karya baik makalah ataupun karya ilmiah yang ditulis atau disusun oleh penulis tidak sepenuhnya dari pendapat, gagasan, dan materi dari pribadi penulis, melainkan meminjam atau mengambil sumber lain baik dari buku atau media lain untuk mendukung materi dan gagasan dari penulis. Dari kutipan tersebut maka suatu karya atau tulisan dapat diketahui dan dicari kebenarannya. Itulah hakikat dari fungsi kutipan dan penulisan kutipan dalam suatu karya ilmiah.
Adapun dalam penulisan kutipan mempunyai prinsip yang harus diperhatikan agar sesuai dengan EYD dan tidak mengabaikan suatu sumber yang telah dikutip.

B.     Saran-saran
Dengan memahami definisi, fungsi dan prinsip-prinsip dalam penulisan kutipan diharapkan penulis dalam menulis atau menyusun suatu karya sesuai dengan kaidah yang baik dan benar. Setidaknya, dalam penulisan makalah ataupun karya lain, penulis dapat menghindari sifat plagiat yang dapat merugikan orang lain serta dengan adanya kutipan pembaca dapat lebih mudah untuk mencari kebenaran dari karya tersebut dengan merujuk kepada sumber yang telah dikutip.





DAFTAR PUSTAKA

Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Cet. 2. Jakarta: PT Grasindo.
Karyanto, Umum Budi. 2006. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Cet. 1. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Cet. 11. Ende: Nusa Indah.
Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.


[1] Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Cet. 11 (Ende: Nusa Indah, 1997), hlm. 179.
[2] Widjono Hs, Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Cet. 2 (Jakarta: PT Grasindo, 2007),  hlm. 71.
[3] Umum Budi Karyanto, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Cet. 1 (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2006), hlm. 78.
[4] Arom Cody. “Makalah Bahasa Indonesia Kutipan dan Daftar Pustaka”. http://aromblog.blogspot.com/2011/12/kutipan-dan-daftar-pustaka.html. (26 Desember 2011). Diakses, 09 April 2013.
[5] Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi (Jakarta: PT Grasindo, 2009), hlm. 126.
[6] Yulita Catur Wulandari. “Pengertian, Fungsi dan Jenis Kutipan”. http://lytasapi.wordpress.com/2010/06/05/pengertian-fungsi-dan-jenis-kutipan/. (5 Juni 2010). Diakses, 09 April 2013.
[7] Arom Cody, loc. cit.
[8] Ibid.
[9] Ibid.
[10] Gorys Keraf, op. cit., hlm. 180-182.

Tidak ada komentar: