Senin, 13 Mei 2013

SHALAT FARDLU, SHALAT BERJAMA’AH, SHALAT JAMA’QASHAR, DAN SHALAT JUM’AT



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap tuhannya dan dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di Dunia dan di Akhirat nanti. Bentuk dan jenis Ibadah sangat bermacam-macam, seperti Shalat, puasa, naik haji, membaca Al Qur’an, jihad dan lainnya.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin  yang sudah baligh berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan bagaimanapun.
Shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa yang mendirikan shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam  sebanyak lima kali, berjumlah 17 raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh tanpa terkecuali baik dalam keadaan sehat mapun sakit, dalam keadaan susah maupun senang, lapang ataupun sempit. Selain shalat fardhu, ada juga shalat berjama’ah, shalat jama’, shalat qashar, shalat jama’qashar, dan shalat jum’at

2.      Rumusan Masalah
Mengetahui tata cara shalat fardlu, shalat berjama’ah, shalat jama’-qashar, shalat jum’at beserta dalil-dalil perbedaan pendapat didalamnya.

3.      Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.

4.      Metode Penulisan
Kali ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Cara yang digunakan pada penelitian ini adalah Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Shalat Fardhu
a.        Syarat – syarat shalat fardhu
Ada 7 perkara yang menjadi syarat sahnya shalat :
1.      Suci dari 2 hadats, yakni hadats kecil dan hadats besar
2.      Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari segala macam benda yang najis
3.      Menutupi aurat yaitu, bagi laki-laki antara pusat sampai lutut, sedangkan bagi perempuan adalah seluruh tubuhnya keculai muka dan dua telapak tangan. Sementara bagi perempuan ammah (budak) maka auratnya sama dengan laki-laki.
4.      Menghadap kiblat
5.      Mengetahui yang fardhu dan yang sunnah serta tertib
6.      Mengetahui waktunya shalat
7.      Menjauhi hal-hal yang membatalkan shalat
      
b.        Rukun – rukun shalat fardhu
Rukun shalat ada 13, dimana diantara salah satu rukunnya yang 13 ditinggalkan, maka shalatnya tidak sah. Adapun rukun shalat yang 13 itu diantaranya :
1.       Niat dalam hati
2.       Berdiri bagi yang berkuasa
3.       Membaca takbiratul ihram
4.       Membaca surat Al-Fatihah pada setiap rakaat
5.       Ruku’ serta thuma’ninah didalamnya
6.       I’tidal serta thuma’ninah didalamnya
7.       Dua kali sujud
8.       Duduk diantara dua sujud
9.       Duduk yang terakhir
10.   Membaca tasyahud ketika duduk yang terakhir
11.   Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW
12.   Salam
13.   Menertibkan diantara semua rukun shalat
Hukum shalat fardhu itu “WAJIB”
            Dalil-dalil yang mewajibkan shalat diantaranya :


2:43
 


Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.” (QS. Al-Baqarah : 43)


29:45
 



Artinya : “dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut : 45)

c.        Hal – hal yang membatalkan shalat fardhu
Ada 12 Perkara yang membatalkan shalat :
1.      Segala sesuatu yang membatalkan wudhu, maka dapat pula membatalkan shalat
2.      Kejatuhan najis yang tidak segera dibuang
3.      Terbukanya aurat yang tidak segera ditutup kembali
4.      Berbicara yang disengaja
5.      Makan sedikit yang bisa membatalkan shalat
6.      Makan banyak sekalipun
7.      Tiga kali gerakan tubuh berturut-turut
8.      Memukul yang sifatnya keras
9.      Meloncat dengan keras
10.  Ketawa dengan keras
11.  Menambah ruku’ shalat dengan sengaja
12.  Meninggalkan salah satu diantara syarat-syarat shalat
Hal-hal yang perlu diketahui tentang persoalan membaca basmalah dalam shalat :
1.      Dalam menunaikan shalat, dituntunkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya untuk membaca bismillahirrahmanirrahim dalam mengawali bacaan al-Fatihah.
2.      Bacaan bismillahirrahmanirrahim tersebut dapat dilakukan dengan suara nyaring atau dengan suara sir (tidak nyaring).
3.      Agar tidak menimbulkan keraguan, bagi Imam yang membaca al-Fatihah dengan suara nyaring seyogyanya membacabismillahirrahmanirrahim dengan suara nyaring pula.
Persoalan doa qunut dalam shalat subuh :
Di dalam madzab syafii sudah disepakati bahwa membaca doa qunut dalam shalat subuh pada I’tidal rekaat kedua adalah sunnah ab’ad. Sunnah Ab’ad artinya diberi pahala bagi yang mengerjakannya dan bagi yang lupa mengerjakannya disunnahkan menambalnya dengan sujud  syahwi.
 Tersebut dalam Al majmu’ syarah muhazzab jilid III/504 sebagai berikut :
“Dalam madzab syafei disunnatkan qunut pada waktu shalat subuh baik ketika turun bencana atau tidak. Dengan hukum inilah berpegang mayoritas ulama salaf dan orang-orang yang sesudah mereka. Dan diantara yang berpendapat demikian adalah Abu Bakar as-shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin affan, Ali bin abi thalib, Ibnu abbas, Barra’ bin Azib – semoga Allah meridhoi mereka semua. Ini diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad yang shahih. Banyak pula orang tabi’in dan yang sesudah mereka berpendapat demikian. Inilah madzabnya Ibnu Abi Laila, Hasan bin Shalih, Malik dan Daud.”
 Dalam kitab al-umm jilid I/205 disebutkan bahwa Imam syafei berkata :
“Tidak ada qunut pada shalat lima waktu selain shalat subuh. Kecuali jika terjadi bencana, maka boleh qunut pada semua shalat jika imam menyukai”.
 Imam Jalaluddin al-Mahalli berkata dalam kitab Al-Mahalli jilid I/157 :
“Disunnahkan qunut pada I’tidal rekaat kedua dari shalat subuh dan dia adalah “Allahummahdinii fiman hadait….hingga akhirnya”.
Demikian keputusan hukum tentang qunut subuh dalam madzab syafii.

B.  Shalat Berjama’ah
Shalat berjama’ah yaitu shalat yang dikerjakan dengan bersama-sama sedikitnya dua orang. Hukum shalat berjama’ah hukumnya wajib tanpa keraguan atas setiap pra yang mampu dan mendengarkan adzan
a.    Syarat-syarat Shalat berjama’ah
1.        Niat mengikuti imam
2.        Shalatnya makmum sama dengan shalatnya imam
3.        Mengetahui gerak-gerik imam
4.        Tidak ada tabir yang menghalang antara imam dan makmum
5.        Ma’mum tidak boleh dimuka imam atau sejajar
6.        Jarak antara imam dan makmum, shaf aqal dengan shaf akhir tidak lebih dari 300 hasta
7.        Tidak mendahului atau bersama dengan imam dalam takbiratul ihram, serta tidak mendahului atau terlambat dalam mengikuti imam hingga dua gerakan rukun.
b.    Cara menyusun shaf dalam shalat berjama’ah
Apabila ma’mum hanya seorang, maka ia harus berdiri di sebelah kanan imam agak kebelakang sedikit dan apabila datang makmum lain hendaklah berdiri di sebelah kiri imam. Apabila ada makmum lagi maka hendaklah ia berdiri ditengah-tengah dan kedua makmum terdahulu mundur kebelakang satu langkah agar sejajar dengan makmum ketiga dan apabila datang makmum lain maka hendaklah mengisi shaf disebelah kanan imam sampai penuh baru mengisi yang sebelah kiri.
Kemudian susun shaf harus lurus dan rapat serta jangan sampai renggang sedikitpun antara makmum yang satu dengan makmum yang lain. Karena bila renggang syetan akan mengisi diantara shaf yang renggang tersebut.



C.  Shalat Jama’ dan Qashar
a.     Shalat Jama’
Menurut bahasa shalat jama' artinya shalat yang dikumpulkan. Sedangkan menurut syariat Islam ialah dua shalat fardhu yang dikerjakan dalam satu waktu karena ada sebab-sebab tertentu
1.    Shalat yang Boleh Dijama'
Shalat yang boleh dijama' adalah shalat zhuhur dengan shalat ashar, dan shalat maghrib dengan shalat isya. Shalat jama' ada dua macam, yakni
a.       Jama' Taqdim yaitu shalat zhuhur dan shalat ashar dikerjakan pada waktu zhuhur, atau shalat maghrib dengan shalat isya dikerjakan pada waktu maghrib.
b.      Jama' Ta'khir yaitu shalat zhuhur dan shalat ashar dikerjakan pada waktu ashar atau shalat maghrib dan isya dikerjakan pada waktu isya.
Hukum melaksanakan shalat jama' adalah mubah (boleh) bagi orang yang dalam perjalanan dan mencukupi syarat-syaratnya. Dalam sebuah hadits dinyatakan :
Dari Muadz bin Jabal : "Bahwa Rasulullah SAW pada saat perang Tabuk, apabila beliau berangkat sebelum tergelincir matahari beliau mengakhirkan shalat zhuhur sehingga beliau kumpulkan dengan ashar (beliau sholat zhuhur dan azhar pada waktu ashar). Jika beliau berangkat sesudah tergelincir matahari beliau melaksanakan sholat zhuhur dan ashar sekaligus kemudian beliau berjalan. Jika beliau berangkat sebelum maghrib beliau mengakhirkan sholat maghrib sehingga beliau mengerjakan sholat maghrib dan isya, dan jika beliau berangkat sesudah waktu maghrib beliau mengerjakan sholat isya dan beliau sholat isya beserta maghrib." (HR. Ahmad, Abu Dawud dan At-Turmudzi).




Cara Melaksanakan Jama' Taqdim
1.      Shalat zhuhur dan ashar dilakukan pada waktu zhuhur. Mula-mula mengerjakan shalat zhuhur 4 rakaat (pada waktu itu berniat melaksanakan shalat ashar pada waktu zhuhur). Setelah selesai mengerjakan shalat zhuhur kemudian iqomah dan langsung mengerjakan shalar ashar 4 rakaat.
2.      Shalat maghrib dan isya dilakukan pada waktu maghrib. Mula-mula mengerjakan shalat maghrib 3 rakaat (pada waktu itu berniat melaksanakan shalat isya pada waktu maghrib). Setelah selesai mengerjakan shalat maghrib kemudian iqomah dan langsung mengerjakan shalar isya 4 rakaat.
Syarat Jama' Taqdim
1.         Berniat jama' pada waktu melaksanakan sholat yang pertama.
2.         Berturut-turut karena keduanya seolah-seolah satu sholat.

Cara Melaksanakan Jama' Takhir
1.      Shalat zhuhur dan ashar dilakukan pada waktuashar. Ketika masih dalam waktu zhuhur berniat bahwa shalat zhuhur akan dilaksanakan pada waktu ashar. Setelah masuk waktu ashar ia mengerjakan shalat zhuhur 4 rakaat, setelah selesai dilanjutkan dengan iqomah dan langsung mengerjakan shalat ashar 4 rakaat.
2.      Shalat maghrib dan isya dilakukan pada waktu isya. Ketika masih dalam waktu maghrib berniat bahwa shalat maghrib akan dilaksanakan pada waktu isya. Setelah masuk waktu ashar ia mengerjakan shalat maghrib 4 rakaat, setelah selesai dilanjutkan dengan iqomah dan langsung mengerjakan shalat isya 4 rakaat.

Syarat Jama' Takhir
Berniat pada waktu yang pertama bahwa ia akan shalat yang pertama itu pada shakat yang yang kedua supaya ada maksud yang kuat akan mengerjakan shalat yang yang pertama.
b.    Shalat Qashar
Shalat qashar menurut bahasa ialah shalat yang diringkas, yaitu meringkas shalat yang jumlahnya 4 rakaat menjadi 2 rakaat. Dalam hal ini shalat yang dapat diringkas adalah zhuhur, ashar dan isya.
a.       Hukum Shalat Jama' dan Qashar
Menurut mazhab Syafi'i hukum shalat jama' dan qashar adalah jaiz (boleh), bahkan lebih baik bagi orang yang dalam perjalanan dan telah mencukupi syarat-syaratnya. Allah SWT berfirman :


4:101
 




Artinya : ”Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. An Nisa’ : 101)

Dan Allah Ta’ala telah berfirman :


33:21
 


Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu.”” (QS al Ahzaab:21) (HR. Bukhari dan Muslim)

b.      Syarat Sah Shalat Jama' dan Shalat Qashar
1.       Perjalanan yang dilakukan bukan untuk maksiat (terlarang), seperti pergi untuk berjudi dan sebagainya.
2.      Perjalanan tersebut berjarak 89 km atau tepatnya 88, 704 km
c.       Hikmah
1.      Kita dapat mengerjakan sholat wajib dengan ringkas ketika bepergian jauh sesuai dengan ketentuan.
2.      Mengefisien atau menghemat waktu
3.      Tidak punya tanggungan sholat
4.      Mengikuti sunah rosul

D.  Shalat Jum’at
Sholat jum'at ialah sholat dua rakaat yang dilaksanakan secara berjamaah setelah dua khutbah waktu zhuhur pada hari jum'at. Hukum melaksanakan sholat jum'at ada;aj fardhu 'ain bai setiap muslim laki-laki dewasa, merdeka dam penduduk tetap (bukan musafir). Allah SWT berfirman :
62:9 




Artinya : ” Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al Jumu’ah : 9)
Hukum shalat
Syarat Wajib Jum'at
Orang yang wajib mengerjakan shalat jum'at adalah orang yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Islam
2. Laki-laki
3. Baligh
4. Berakal
5. Sehat
6. Merdeka
7. Penduduk tetap (mukim) bukan musafir.
Syarat Sah Mendirikan Shalat Jum'at
1.      Shalat Jum'at diadakan dalm satu tempat (tempat tinggal) baik di kota maupun di desa. Tidak sah mendirikan sholat Jum'at yang tidak merupakan daerag tempat tinggal atau jauh dari pemukiman penduduk.
Untuk memanfaatkan suatu ruangan sebagai tempat shalat jumat, tempat itu harus bersih dan suci. Boleh menggunakan aula, ruang pertemuan, gedung parkir dan ruangan-ruangan lain yang layak ‘disulap’ menjadi masjid untuk shalat jumat.
Bahkan dalam kasus seperti itu, menurut sebagian pendapat, tempat itu untuk sementara waktu berubah hukumnya menjadi mesjid. Karena itu berlaku pula shalat sunnah dua rakaat tahiyatul masjid.
Namun bila ada pendapat yang menolak hal ini, mungkin saja. Karena pendapat ini tidak mutlak kebenarannya, tetapi merupakan ijtihad para ulama berdasarkan mashlahat dan kepentingan umat.

2.      Shalat Jum'at diadakan secara berjama'ah. Jumlah minimal untuk syahnya shalat Jumat berbeda-beda dalam pandangan ulama. Ringkasannya sebagai berikut :
a.       Menurut Abu Hanifah minimal 3 orang selain imam. Dalilnya bahwa yang disebut jamak (jamaah) itu adalah tiga ke atas.
b.       Menurut Imam Malik harus ada minimal 12 orang untuk syahnya shalat Jumat.
Dalilnya adalah riwayat yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW sedang khutbah Jumat, tiba-tiba datang rombongan kafilah dagang pulang dari berniaga. Serta merta jamaah bubar menyambutnya dan hanya tersisa 12 orang saja. Peristiwa itu menjadi asbabunnuzul surat Al-Jumuah.
c.       Menurut Imam Syafi‘i dan Ahmad bin Hanbal minimal harus ada 40 orang penduduk setempat untuk melakukan shalat jumat.
Dalilnya adalah hadits Kaab tentang awal mula dilaksanakannya shalat jumat. Diterangkan bahwa saat itu jumlahnya 40 orang. HR Abu daud dan Ibnu Majah. Masih menurut mereka, belum ada nash yang tsabit yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW shalat jumat dengan jumlah jamaah kurang dari 40 orang.

3.      Hendaklah dikerjakan pada waktu zhuhur.
Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah SAW shalat Jum'at ketika telah tergelincir matahari. (HR. Al-Bukhori).
4.      Diawali dengan dua khutbah.
Dari Ibnu Umar ra. Rasulullah berkhutbah pada hari jum'at dua khutbah dengan berdiri dan beliau duduk di antara kedua khutbah itu. (HR. Bukhori dan Muslim)






BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hukum Shalat itu ”Wajib”.
Syarat-syarat Shalat itu :
1.      Suci dari 2 hadats, yakni hadats kecil dan hadats besar
2.      Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari segala macam benda yang najis
3.      Menutupi aurat yaitu, bagi laki-laki antara pusat sampai lutut, sedangkan bagi perempuan adalah seluruh tubuhnya keculai muka dan dua telapak tangan. Sementara bagi perempuan ammah (budak) maka auratnya sama dengan laki-laki.
4.      Menghadap kiblat
5.      Mengetahui yang fardhu dan yang sunnah serta tertib
6.      Mengetahui waktunya shalat
7.      Menjauhi hal-hal yang membatalkan shalat
Rukun-Rukun Shalat
1.      Niat dalam hati
2.      Berdiri bagi yang berkuasa
3.      Membaca takbiratul ihram
4.      Membaca surat Al-Fatihah pada setiap rakaat
5.      Ruku’ serta thuma’ninah didalamnya
6.      I’tidal serta thuma’ninah didalamnya
7.      Dua kali sujud
8.      Duduk diantara dua sujud
9.      Duduk yang terakhir
10.  Membaca tasyahud ketika duduk yang terakhir
11.  Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW
12.  Salam
13.  Menertibkan diantara semua rukun shalat

DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedia Islam tentang Sholat jama dan qashar oleh ustadz Abdullah Sholeh Al Hadrami
http://pgriciampea-smp.site90.net/BungaRampai/4/fiqih/10.html

Tidak ada komentar: