Senin, 13 Mei 2013

BAHASA INDONESIA Tentang Kerangka Karangan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu kerangka karangan yang ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dan topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka setidaknya ada beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.      Apakah pengertian kerangka karangan?
2.      Apakah manfaat kerangka karangan?
3.      Bagaimanakah menyusun kerangka karangan?
4.      Apa sajakah pola susunan kerangka karangan?
5.      Apakah syarat-syarat kerangka karangan?

1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah diatas adalah:
1.      Agar kita dapat membuat kerangka karangan yang baik, benar dan logis.
2.      Kita dapat membedakan mana yang gagasan utama dan mana yang gagasan tambahan.
3.      Untuk menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau Iebih.
4.      Untuk mengetahui pola susunan kerangka karangan.
5.      Untuk mengetahui syarat-syarat kerangka karangan yang baik.


1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam mencari atau mengumpulkan data ini menggunakan metode kepustakaan. Dimana metode ini pengumpulan data dengan cara mengkaji dan menelaah data dari internet.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kerangka Karangan
Secara singkat kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang ditulis.[[1]] Karena jarang sekali orang-orang yang langsung menuangkan ide-idenya atau isi pikirannya secara teratur, logis, dan sempurna di atas kertas sebelum menulis kerangka karangan itu dalam kertas. Kita harus membuat bagan dan rencana kerja agar mengalami perbaikan, dan penyempurnaan metode untuk membuat rancangan biasanya disebut dengan kerangka karangan atau outline.
Kerangka karangan menjamin suatu penyusunan yang logis dan teratur, serta penulis dapat membedakan mana yang gagasan utama dan mana yang termasuk  gagasan tambahan, kerangka karangan dapat membentuk catatan-catatan sederhana, tetapi dapat juga berbentuk pendektail dan kerja dengan sangat cermat.
Kerangka karangan disebut juga ragangan (outline). Pada dasarnya, penyusunan outline adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kaddang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan.[[2]]

2.2 Manfaat Kerangka Karangan
1.      Untuk menyusun kerangka karangan secara teratur.
2.      Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.[[3]]
3.      Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
4.      Memudahkan penulis mencari materi.[[4]]
5.      Menghindari isi tulisan keluar dari tujuan awal.

2.3 Penyusunan Kerangka Karangan
Suatu kerangka yang baik tidak hanya sekali buat. Penulisan dalam menyusun kerangka karangan selalu berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama. Langkah ini tidak mutlak harus diikuti oleh penulis-penulis yang sudah mahir, orang yang mahir menulis tulisan-tulisan yang kompleks atau dengan mudah menyusun kerangka karangan.
Pada dasarnya, untuk menyusun kerangka karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan kerangka.
Langkah-langkah untuk menyusun kerangka karangan adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan Tema dan Judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. Kalau tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul  lebih pada penjelasan awal isi kerangka yang akan ditulis.
2.      Mengumpulkan bahan
Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide tersebut muncul. Salah satunya dengan cara mengumpulkan kliping-kliping masalah tertentu ( biasanya yang menarik bagi penulis ) dalam berbagai bidang dengan rapi. Banyak cara yang digunakan dalam mengumpulkannya, dan masing-masing penulis mempunyai cara tersendiri yang sesuai dengan tulisannya.[[5]]
3.      Menyeleksi Bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan, Polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. Berikut ini petunjuk-petunjuknya:
a. Catatlah hal-hal penting.
b. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
c. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah
4.      Membuat Kerangka
Langkah selanjutnya adalah membuat kerangka. Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur.
5.      Mengembangkan Kerangka Karangan
Proses pengembangan kerangka karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. Jika memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan. Pengembangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat.[[6]]

2.4  Pola Penyusunan Kerangka Karangan
Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang teratur biasanya di gunakan beberapa tipe susunan, pola alamiah dan pola logis.
1.        Pola Alamiah
Suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata.[[7]] Oleh karena itu, susunan alamiah dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:
a.       Urutan ruang ( spasial ).
Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif .
Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
· Di daerah Kalimantan
· Di daerah Sulawesi
· Di daerah Sumatra
b.      Urutan waktu atau urutan kronologis.
Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang penulis)
· asal usul penulis
· pendidikan si penulis
· kondisi kehidupan penulis
· keinginan penulis
· karir penulis
c.       Urutan topik yang ada.
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan bagian–bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian–bagian itu harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian–bagiannya itu.
2.      Pola Logis
Merupakan unit-unit karangan berurutan sesuai dengan pendekatan logika atau pola pikir manusia. Urutan susunan logis, dibagi berdasarkan:
a.       Urutan klimaks dan anti klimaks.
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contoh : Topik (turunnya Suharto)
· Keresahan masyarakat
· Merajalela nya praktek KKN
· Keresahan masyarakat
· Kerusuhan sosial
· Tuntutan reformasi menggema

b.      Urutan umum-khusus.
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan pembahasan secara terperinci (khusus).
Contoh : Topik (pengaruh internet)
o   Para pangguna internet
o   Anak–anak
o   Remaja
o   Dewasa
o   Manfaat internet
o   Media informasi
o   Bisnis
o   Jaringan social
o   Dan lain–lain
c.       Urutan sebab-akibat.
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat–akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.
Contoh : Topik (krisis moneter melanda tanah air)
· Tingginya harga bahan pangan
· Penyebab krisis moneter
· Dampak terjadi krisis moneter
· Solusi pemecahan masalah krisis moneter
d.      Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.
e.       Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca
f.       Pemecahan Masalah
Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik (virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya)
· Apa itu virus H1N1
· Bahaya virus H1N1
· Cara penanggulangannya

2.5  Syarat-syarat Kerangka Karangan yang Baik
1.         Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
2.         Tiap unsur dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan.
3.         Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga    rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.[[8]]
4.         Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten.

2.6  Macam-macam Kerangka Karangan (Outline)
1.         Berdasar Sifat Rinciannya:
a.       Kerangka Karangan Sementara / Non-formal
Cukup terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:
-       Topiknya tidak kompleks
-       Akan segera digarap
b.      Kerangka Karangan Formal:
Terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:
-       Topiknya sangat kompleks
-       Topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap
Cara kerjanya:
Rumuskan tema berupa tesis, kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut Kerangka Karangan Formal.
Contoh kerangka karangan formal, perhatikan contoh dibawah ini :
Topik : Penggunaan kompor briket batubara
Judul : Dilema Penggunaan Kompor Briket Batubara dan Penanggulangannya
Tujuan : Memperoleh jalan keluar dari dilema penggunaan kompor briket
batubara dengan meningkatnya pencemaran
Rumusan Masalah : Upaya apa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan
akar tanpa menimbulkan masalah baru.
Aspek yang diteliti :
a.       kebutuhan bahan bakar masyarakat Indonesia
b.      sumber bahan bakar di Indonesia
c.       cadangan bahan bakar di Indonesia
d.      kenyataan yang terjadi di masyarakat saat ini berkaitan dengan kebutuhan dan penggunaan bahan bakar batubara sebagai bahan bakar alternative
e.       efek negatif batubara sebagai bahan bakar alternative
f.       jalan keluar atas dilema penggunaan kompor briket batubara
Metode Penelitian :
studi pustaka survey melalui wawancara dan penyebaran angket
Literatur :
Cinningham, W.P. & B.W. Saigo. 1999. Environmental Science: a global concern.
Fifth edition. Mc Graw, Boston
Kupchella, C.E. & M.C.Hyland. 1993. Environmental Science: Living in the environment. Brooks Cole Publishing company, Pacific Grove, CA.
Raven, P.H., L.R. Berg & G.B.Johnsons. 1998. Environment. Second Edition.
Saunders College Publishing, Forthworth, FL.
Tribun Bandung, Minggu (16 Oktober 2005), hal. 2
2.         Berdasar Perumusan Teksnya
a.       Kerangka Kalimat
b.      Kerangka Topik
c.       Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Setelah penulis meyelesaikan pembahasan tentang “ Kerangka Karangan “, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1.         Setiap kita membuat suatu topik kita memerlukan kerangka karangan agar kita dapat   membuat kerangka karangan secara teratur, logis dan sistematis.
2.         Setiap membuat kerangka karangan harus melalui tahapan atau langkah-Iangkah agar rencana pembuatannya bisa teratur dan mudah sehingga memudahkan penulis untuk membuat kerangka karangan tersebut.
3.         Kerangka karangan secara garis besar adalah suatu rencana yang memuat garis-garis besar suatu  karangan yang akan dikerjakan.
4.         Dengan pembuatan kerangka karangan penulis dapat menghindari terjadinya penggarapan sebuah topik  sampai dua kali atau Iebih. Sehingga kita perlu mengevaluasi setiap topik yang akan dikerjakan.
5.         Dalam penyusunan karangan kita dapat memakai berbagai pola. Pola penyusunan alamiah maupun pola penyusunan logis.



DAFTAR PUSTAKA

Ade.  2013. “ Membuat Kerangka  Karangan”. ( online ),
( http://adegustiann.blogsome.com , diakses 03 April 2013 )
Aziz,  Abdul. 2013. “Kerangka Karangan”. ( online ),
( http://azizturn.wordpress.com , diakses 03 April 2013 )
Eziekim.  2013. “Kerangka Karangan”. ( online),
(  http://enziekim.wordpress.com , diakses 03 April 2013 )
Keraf,  Gorys.  1997.  Komposisi.  Flores : Nusa Dua.
Rumanigsih, Endang. 1993. Bahasa Indonesia. Semarang : CV.Triadan Jaya.
Karyanto. Budi. Umum. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Pekalongan : STAIN Press


[1] Gorsy Keraf. Komposisi. ( Flores : Nusa Indah, 1997 ) hlm. 132.
[2] Umum Budi Karyanto, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggai, (Pekalongan: STAIN Press, 2009) hal.74
[3] Endang Rumaningsih. Bahasa Indonesia. ( Semarang : CV. Triadan Jaya, 1993 ) hlm.144.
[8] Gorsy Keraf. Komposisi. ( Flores : Nusa Indah, 1997 ) hlm. 152.

Tidak ada komentar: