PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta
hingga 1,4 miliar umat Muslim
yang tersebar di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut sekitar 18% hidup di negara-negara
Arab,
20% di Afrika,
20% di Asia Tenggara, 30% di Asia Selatan
yakni Pakistan,
India
dan Bangladesh.
Populasi Muslim terbesar dalam satu negara dapat dijumpai di Indonesia.
Populasi Muslim juga dapat ditemukan dalam jumlah yang signifikan di Republik Rakyat Cina, Amerika Serikat,
Eropa, Asia Tengah,
dan Rusia.
Pembaruan dalam Islam yang timbul pada periode
sejarah Islam mempunyai tujuan, yakni
membawa umat Islam pada kemajuan, baik dalam ilmu pengetahuan maupun
kebudayaan. Perkembangan Islam dalam sejarahnya mengalami kemajuan dan juga kemunduran. Bab ini akan menguraikan perkembangan
Islam pada masa pembaruan. Pada masa itu, Islam mampu menjadi pemimpin
peradaban. Mungkinkah Islam mampukembali menjadi pemimpin peradaban? Dalam bahasa Indonesia, untuk merujuk suatu
kemajuan selalu dipakai kata modern, modernisasi, atau modernisme.
Masyarakat barat menggunakan istilah modernisme tersebut untuk sesuatu yang
mengandung arti pikiran, aliran atau paradigma baru. Istilah ini disesuaikan untuk suasana baru yang ditimbulkan oleh
kemajuan, baik oleh ilmu pengetahuan maupun teknologi.
Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sebagian besar
beragama Islam, sehingga sudah selayaknya menempatkan diri dalam membangun
peradaban islam. Mau tidak mau suatu peradaban tersebut akan terbentuk oleh
umatnya.
Perkembangan Islam yang ada di Indonesia tidak terlepas dari
pengaruh perkembangan Islam di belahan bumi lain. Membaca Islam yang di
Indonesia rasanya cukup penting. Sebab, dari hasil pembacaan itu kita sebagai
umat islam dapat mengetahui akan bagaimana perkembangan islam di indonesia
setelah islam mengalami beberapa fase perubahan dari waktu ke waktu.
Kalau kita mau mengamati secara mendalam akan perkembangan
islam di indonesia maka kita harus mengamati mulai dari islam masuk,
penyebaran, pengamalan, perkembangan, dan kondisi yang sekarang kita alami di
indonesia. Sebab, peristiwa sejarah merupakan problematika yang meliputi
dimensi waktu masa lampau, sekarang dan masa yang akan dating.[1]
Dalam makalah ini kita hanya membatasi pada keadaan islam di
masa sekarang (kontemporer). Namun, tetap akan dipaparkan alur sejarahnya
secara singkat. Demi mengetahui historisitasnya. Sebab, dalam perjalanannya
islam di indonesia banyak sekali mangalami akulturasi dan ikut berperan dalam
perubahan keadaan Indonesia.
PEMBAHASAN
A. Sejarah Latar
Belakang Perkembangan Islam Masa Modern di
Indonesia
Di Indonesia, terdapat pembaharu atau partai politik
besar yang menentang penjajahan diantaranya:
Ÿ Sarekat
Islam (SI) dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto berdiri pada tahun 1912 dan
merupakan kelanjutan dari Sarikat Dagang Islam yang didirikan oleh H. Samanhudi
tahun 1911.
Ÿ Partai
Nasional Indonesia (PNI) didirikan oleh Sukarno (1927).
Ÿ Pendidikan
nasional Indonesia (PNI-baru) didirikan oelh Mohammad Hatta(1931).
Ÿ Persatuan
Muslimin Indonesia (Permi) menjadi partai politik tahun 1932 yang dipelopori
oleh Mukhtar Luthfi.
Munculnya gagasan nasionalisme yang
diiringi oleh berdirinya partai-partai politik tersebut merupakan asset utama
umat Islam dalam perjuangan untuk mewujudkan Negara merdeka yang bebas dari
pengaruh politik barat. Sebagai gambaran dengan nasionalisme dan perjuangan
dari partai-partai politik yang penduduknya mayoritas muslim adalah Indonesia.
Indonesia merupakan Negara yang mayoritas muslim yang pertama kali berhasil
memproklamirkan kemerdekaannya yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Negara kedua yang
terbebas dari penjajahan yaitu Pakistan. Merdeka pada tanggal 15 agustus 1947
dengan presiden pertamanya Ali Jinnah.
B. Gerakan Modern Islam di Indonesia
Pembaharuan dalam Islam atau gerakan modern Islam
yang lahir di Timur Tengah sangat berpengaruh terhadap gerakan kebangkitan
Islam di Indonesia. Pengaruh tersebut seperti munculnya berbagai organisasi dan
kelembagaan modern di Indonesia pada awal abad ke- 20. Organisasi atau
kelembagaan dimaksud yaitu Jamiatul Khair (1905) yang bertujuan izzul Islam wal
Muslimin kejayaan Islam dan umatnya dengan gerakannya yaitu mendirikan sekolah
tingkat dasar dan mengirimkan anak muda berprestasi ke Turki. Al Irsyad, yaitu
bergerak dalam bidang pendidikan pendirinya adalah Syekh Ahmad Sorkati dan para
pedagang. Muhammadiyah, yaitu didirikan oleh KH Ahmad Dahlan tanggal 18
november 1912 di Jogjakarta dengan tujuan Menggapai Surga dengan ridha Allah
SWT dan mencapai masyarakat yang aman, damai, makmur, sejahtera dan bahagia
disertai dengan nikmat Allah yang melimpah ruah dengan baldatun tayyibatun wa
rabbun gafur.
Persatuan Islam didirikan oleh Ahmad Hasan dan M.
Natsir di Bandung tahun 1920, kegiatan utamanya tabligh, khotbah dan penerbitan
guna memurnikan syari’at Islam. SDI (Syarikat Dagang Islam) didirikan oleh Haji
Saman Hudi di Solo tahun 1911. SDI diubah menjadi PSI (Partai Serikat Islam)
dan tahun 1929 diubah lagi menjadi PSII (Partai Serikat Islam Indonesia),
semula bergerak dalam ekonomi dan keagamaan kemudian berubah menjadi kegiatan politik.
N U (Nahdhatul Ulama) yaitu didirikan oleh KH Hasyim Asy’ ari tanggal 13
januari 1926 di Surabaya dengan tujuan membangkitkan semangat juang para ulama
di Indonesia. Matla’ul Anwar, pendirinya adalah KH Yasin pada tahun 1905 di
Banten dengan kegiatanyya berupa sosial keagamaan dan pendidikan. Perti
(Pergerakan Tarbiyah) didirikan oleh Syekh Sulaiman Ar Rasuli pada tahun 1928
di Sumatera Barat. Kegiatannya bergerak dalam bidang pendidikan, memberantas
bid’ah, khurafat dan takhayul serta taklid umat Islam.
C.
Hikmah Mempelajari Sejarah
Perkembangan Islam Pada Abad Modern
1.
Sejarah dikemukakan dalam Al Qur’an sebagai kisah atau peristiwa yang
dialamiumat manusia di masa lalu. Orang yang tidak mau mengambil hikmah dari
sejarah mendapat kecaman karena mereka tidak
mendapat pelajaran apapun dari kisah dalamAl Qur’an. Melalui sejarah, kita
dapat mencari upaya antisipasi agar kekeliruan yangmengakibatkan kegagalan di
masa lalu tidak terulang di masa yang akan datang.
2.
Pelajaran
yang dapat diambil
dari sejarah dapat menjadi pilihan ketika mengambil sikap. Bagi orang yang mengambil jalan sesuai dengan ajaran dan
petunjuk-Nya,orang tersebut akan
mendapat keselamatan.
3.
Pembaruan akan
memberi manfaat berupa inspirasi unutk mengadakan perubahan-perubahan
sehingga suatu pekerjaan akan menjadi lebih efektif dan efisien.
4.
Dalam sejarah, dikemukakan pula masalah
sosial dan politik yang terdapat di kalanganbangsa-bangsa
terdahulu. Semua itu agar menjadi perhatian dan menjadi pelajaranketika
menghadapi permasalahan yang mungkin akan terjadi.
5.
Pembaruan mempunyai
pengaruh besar pada setiap pemerintahan. Sebagai contoh,pada zaman Sultan
Mahmud II sadar bahwa pendidikan madrasah tradisional tidak sesuai
lagi dengan tuntutan zaman abad ke-19. Oleh karena itu, dibuatlah pembaruan-pembaruan di bidang pendidikan yang memasukkan
unsur ilmu pengetahuan umumke dalam sistem pendidikan negara tersebut.
6.
Corak atau bentuk
negara dianggap kalangan tertentu bukan persoalan agama, tetapipersoalan
duniawi sehingga hal tersebut diserhakan kepada manusia
untuk menentukannya. Hal seperti ini dilakukan oleh Mustafa Kemal Pasya
dalam menghapus sistem kekhilafan dari kerajaan Usmani.
D. Pengaruh Gerakan Modernisasi Islam Terhadap
Perkembangan Islam di Indonesia
1.
Bidang
Akidah :Gerakan ini berusahamelakukanpembaruan karena
banyak paham yang tidak sesuai denganajaran Islam, antara lain
paham fatalisme, masuknya budaya syirik, takhayul, bidah,
dan khurafatke dalam ajaran Islam.
paham fatalisme, masuknya budaya syirik, takhayul, bidah,
dan khurafatke dalam ajaran Islam.
2.
Bidang
Politik : Melakukan pembaruandengantujuan membebaskan
wilayahIndonesia dari cengkeraman penjajahan
Belanda.
wilayahIndonesia dari cengkeraman penjajahan
Belanda.
3.
Bidang
Pendidikan :Melakukan pembaruan dengan cara melakukan perubahan kurikulum pendidikan dan memadukan
pendidikan
modern.
modern.
4.
Bidang Ekonomi :.Melakukan
pembaruan dengan tujuan untuk menyaingi
perdagangan orang-orang nonpribumi yang menguasai ekonomi
Indonesia.
perdagangan orang-orang nonpribumi yang menguasai ekonomi
Indonesia.
E. Perjalanan
Peta Politik Islam Indonesia
Islam
mulai memasuki wilayah politik indonesia sejak pertama kali negara indonesia
mengadakan pemilihan umum (pemilu). Dengan cara membuat suatu wadah, yaitu
mendirikan partai politik. Pada waktu itu partai yang berasaskan islam yaitu
ada dua pertama, Partai Masyumi dan Partai NU. Melalui wadah ini umat
islam memainkan perannya sebagai seorang politikus yang ingin menanamkan
nilai-nilai islam. Dalam tesis Harun Nasution yang berjudul The Islamic
State in Indonesia. The Rise of the Ideology, the Movement for its Creation and
the Theory of the Masjumi, beliau mengemukakan bahwa ada perbedaan
besar antara NU dan Masyumi. Kaum modernis di dalam Masyumi pada umumnya mereka
hendak membangun suatu masyarakat muslim dan sebagai akibatnya mereka
mengharapkan suatu negara islam. Kelompok yang diwakili NU lebih sering
memperjuangkan suatu Negara sebagai langkah pertama dan melalui negara islam
ini mereka hendak mewujudkan suatu masyarakat islam (hlm. 76-77). Suatu
perbedaan lain adalah, bahwa ulama mendapat kedudukan yang penting dalam
organisasi negara konsep NU, sedangkan posisi mereka tidak begitu menonjol
dalam pemikiran kaum Masyumi (92). [2]
Setelah
jatuhnya orde lama dan berganti orde baru, peran politik islam dalam negara
Indonesia cenderung mengalami kemunduran. Disebabkan karena adanya usaha
represif terhadap partai politik yang berhaluan islam, yang dilakukan oleh
penguasa pada waktu itu karena ketakutan akan kehilangan kekuasaannya. Selama
kekuasaan orde baru hanya ada tiga partai yang diakui dan boleh ikut dalam
pemilu. Dan partai yang berasas islam pada waktu itu adalah Partai Persatuan
Pembangunan (PPP).
Adanya
usaha represif yang dilakukan oleh rezim orde baru, yang berkuasa selama 32
tahun, rupanya menimbulkan kekecewaan pada banyak pihak. Puncak dari keramahan
tersebut adalah dengan turunnya mahasiswa ke jalan dan menduduki gedung
DPR-MPR. Yang dimotori oleh mahasiswa UIN, UGM, dan UI. Dampak dari demonstrasi
tersebut membuat semakin memudarnya legitimasi politik rezim orde baru,
sehingga pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto mengundurkan diri dari
kursi kepresidenan.[3]
Babak baru
dalam dunia perpolitikan di Indonesia dimulai. Pada pemilu yang dilangsungkan
tahun 1999, organisasi islam banyak mendirikan partai politik yang berasaskan
islam dan atau berbasis umat islam. Diantaranya: PPP, PAN, PKB, PNU, PBB, PK
sekarang PKS, dll. Pada masa itu simbol-simbol agama sangat mewarnai kancah
perpolitikan indonesia. Simbol-simbol keagamaan yang diekspresikan apparatus
birokrasi, tentu memiliki makna sosial. Bisa jadi ia merupakan representasi
dari kesalehan dan kesadaran spiritual apparatus birokrasi, tetapi juga bukan
mustahil ia juga bisa berubah menjadi sumber pengumpulan legitimasi.[4]
Hasil dari pemilu tahun 1999 tersebut membawa Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
menjadi presiden RI ke-4.
Sejak
pemilu tahun 1999 sampai dengan sekarang, umat islam mulai kebingungan akan
pilihan yang harus ia pegang. Sebab, semuanya mengaku bernafas islam dan
mementingkan hak rakyat. Dalam tubuh partai politik-pun banyak mengalami
perebutan kepemimpinan dan atau pecah menjadi beberapa partai.
Perubahan
setting politik pasca-Orde Baru tanpa diduga memberi ruang bagi berkembangnya
wacana penegakkan syariat islam di indonesia.[5]
Seperti yang telah dilakukan oleh Aceh, dan beberapa daerah yang menginginkan
penggunaan syariat islam.
F.
Perkembangan
Budaya Pemikiran Islam di Indonesia
Budaya
adalah sebuah sistem yang mempunyai koherensi. Bentuk-bentuk simbolis yang berupa
kata, benda, laku, mite, sastra, lukisan, nyanyian, musik, kepercayaan
mempunyai kaitan erat dengan konsep-konsep epistemologi dari sistem pengetahuan
masyarakatnya.[6]
Budaya islam mulai masuk ke Nusantara pada saat pembawa ajaran islam (mubalig)
datang ke indonesia dengan membawa kebudayaan yang berasal dari daerah mereka
masing-masing. Cara yang di gunakan oleh para mubalig, pada waktu itu adalah
melalui transformasi budaya. Hal ini dilakukan, karena sebelum agama Islam
masuk ke indonesia telah ada agama Hindu dan ajaran Budha.[7]
Pesatnya
pengaruh pemikiran yang berasal dari luar indonesia banyak sekali membawa
perubahan terhadap pola pikir budaya umat islam di indonesia. Seperti munculnya
aliran Jaringan Islam Liberal (JIL), Front Pembela Islam (FPI), Majlis
Mujahidin Indonesia (MMI), dan lain sebagainya. Adanya berbagai aliran ini
dilatarbekalangi oleh adanya kesadaran kritis, yaitu kessadaran yang menolak
dominan dalam budaya keagamaan indonesia yang cenderung sarat dengan
kepentingan, tunduk pada etos konsumerisme, menopang tatanan yang ada, atau
malahan mengambil keuntungan darinya.[8]
Perguruan
tinggi membawa perubahan banyak terhadap pemikiran di indonesia. Sebab, dalam
sejarah kita melihat bahwa gerbong pemikkiran Islam di Indonesia di mulai dari
IAIN Sunan Kalijaga dan IAIN Syarif Hidatullah.[9]
Diantara tokoh-tokoh pembahruan pemikiran islam tersebut adalah Harun Nasution,
Nurcholish Madjid, A. Mukti Ali, dll.
Adanya
perubahan pola pikir tersebut disebabkan oleh empat hal, antara lain oleh:
1.
Faham
tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur dengan kebiasaan yang
dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan terhadap orang-orang suci dan hal
lain yang membawa pada kekufuran;
2.
sifat
jumud membuat umat islam berhenti berpikir dan berusaha. Umat islam maju pada
zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berpikir untuk berijtihad,
tidak mungkin mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang
berusaha memberantas kejumudan;
3.
umat
Islam selalu berpecah-pecah, maka umat islam tidak akan mengalami kemajuan;
4.
hasil
kontak yang terjadi antara dunia islam dengan barat.[10]
G.
Perkembangan
Pendidikan Islam di Indonesia
Pendidikan islam adalah pendidikan yang
teori-teorinya disusun berdasarkan al-Qur’an dan Hadits.[11]
Pada awal kemerdekaan pendidikan islam dianggap sebagai musuh oleh kaum
penjajah. Sebab, pendidikan islam kerap mengjarkan melawan akan kebatilan yang
dilakukan oleh para penajajah. Kini pendidikan islam berkembang subur, laksana
rumput ditanah yang luas tersiram air hujan. Tumbuh tiada terbendung.
Kemajuan
dari poendidikan islam di indonesia dapat kita lihat dari; semakin luasnya
persebaran pondok pesantren, yang merupakan basis penyebaran islam di
indonesia. Sebutan pesantren hanya dipakai di pulau Jawa. Sementara di daerah
lain, istilah ‘pesantren’ untuk di Aceh dikenal dengan sebutan dayah, di
padang dengan istilah suarau.[12]
Disamping
pesantren, lembaga formal pendidikan islam-pun, mulai banyak bermunculan di Indonesia.
Dari mulai; Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan
Perguruan Tinggi Islam. Walupun dari segi kuantitas banyak. Akan tetapi, kalau
kita melihat dari segi kualitas belum tentu sebanyak jumlahnya. Contohnya, pada
pencapaian nilai UAN sekolah yang yang mencapai nilai tertinggi rata-rata dari
sekolah non-islam. Disamping lembaga pendidikan berupa sekolah dan Strata-1,
Program pasca sarjana pun mulai tahun 1982 dibuka di IAIN.
KESIMPULAN
Indonesia adalah sebuah
negara besar yang memiliki penduduk ratusan juta jiwa. Indonesia juga adalah
negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Menurut sebuah
perhitungan manusia Muslim Indonesia adalah jumlah pemeluk agam Islam terbesar
di dunia. Jika dibanding dengan negara-negara Muslim lainnya, maka penduduk
Muslim Indonesia dari segi jumlah tidak ada yang menandingi. Jumlah yang besar
tersebut sebenarnya merupakan sumber daya manusia dan kekuatan yang sangat
besar, bila mampu dioptimalkan peran dan kualitasnya. Jumah yang sangat besar
tersebut juga mampu menjadi kekuatan sumber ekonomi yang luar biasa. Jumlah
yang besar di atas juga akan menjadi kekuatan politik yang cukup signifikan
dalam percaturan nasional.
Dan gerakan pembaruan
yang menyebabkan lahirnya organisasi keagamaan pada mulanya bersifat keagamaan,
tetapi seiring dengan kondisi masyarakat pada saat itu kemudian menjelma
menjadi kegiatan politik yang menuntut kemerdekaan Indonesia dan hal
tersebut dirasakan mendapat pengaruh yang signifikan dari pemikir-pemikir
para pembaru Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Dari pemaparan di BAB sebelumnya, disini kita bisa mengambil
bebrapa langkah untuk mengembangkan; Pertama, adanya keterpaduan
kurikulum antara satu jenjang lembaga pendidikan dengan jenjang lembaga
pensididkan yang ada di atasnya. Kedua, agama dalam menetukan
suatu kebenaran harus menggunakan filsafat fenomenologis. Sebab, dengan
fenomenologis kita mampu mencari akan jalan yang lebihbaik dari yang sudah
pernah ada. Ketiga, penghilangan gap. Sebab, dengan menghilangkan
gap maka konsepsi arus inheren dalam stuktur sosial Islam dapat
terwujud.[13]
Keempat, membiarkan islam ikut terjun dalam dunia perpolitikan. Sebab,
saat ada usaha untuk melemahkan dan menjinakkan Islam politik maka ini akan
menyebabkan kegagalan politik islam.[14]
Kelima, tidak adanya dikotomisasi ilmu. Keenam, dibukanya ilmu-ilmu
sosial di perguruan tinggi islam demi menjawab permasalahan terbaru.
DAFTAR PUSTAKA
Asmuni,
Yusran. 1995. Pengantar Studi Islam dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam. Jakarta: Grafindo.Bhakti,
Ikrar
Nusa. 2000. Berbagai Faktor Penyebab Jatuhnya Presiden Soeharto, dalam Pers
Dalam “Revolusi Mei” Runtuhnya Sebuah Hegemoni, Dedy N. Hidayat, dkk.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bustamam,
Kamaruzzaman-Ahmad. 2002. Islam Histori Dinamika Studi di Indonesia, Yogyakarta:
Galang Press.
Effendy,
Bahtiar. 2001. Masyarakat Agama dan Pluralisme Keagamaan. Yogyakarta:
Galang Press.
Kuntowijoyo.
1999. Budaya & Masyarakat, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
Maliki,
Zainuddin. 2004. Agama Priyayi, Makna di tangan Elite Penguasa, Yogyakarta:
Pustaka Marwa.
S.
Turner, Bryan. 2002. Orientalisme, Posmodernisme dan Globalisme.
Jakarta: Riora Cipta.Sudirman. 1989.Pembaharuan Hukum Islam :
Mempertimbangkan Harun Nasution, dalam Refleksi Pembaharuan Pemikiran
Islam. Jakarta: LSAF.
Tafsir,
A. dkk., 2004. Cakrawala Penididikan Islam. Bandung: Mimbar Pustaka.
Wahidin,
Khaerul dan Taqiyuddin. 1996. Sejarah Pendidikan Islam Umum & Indonesia.
Cirebon: Biro penerbit Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati
Cirebon. .
_________2002.
Wajah Liberal Islam Di Indonesia, Penyunting: Luthfi Assyaukanie,
Jakarta: Teater Utan Kayu.
[1]
Drs.
Khaerul Wahidin dan Drs. Taqiyuddin, Sejarah Pendidikan Islam Umum &
Indonesia, Cirebon: Biro penerbit Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati
Cirebon. 1996, Hal. 2
[2]
Sudirman,
Pembaharuan Hukum Islam : Mempertimbangkan Harun Nasution, dalam Refleksi
Pembaharuan Pemikiran Islam, Jakarta: LSAF, 1989, Hal. 153
[3] Ikrar Nusa Bhakti, Berbagai Faktor Penyebab Jatuhnya
Presiden Soeharto, dalam Pers Dalam “Revolusi Mei” Runtuhnya Sebuah
Hegemoni, Dedy N. Hidayat, dkk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000, Hal.
61
[4] Zainuddin Maliki, Agama Priyayi, Makna di tangan Elite
Penguasa, Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2004, Hal. 6
[5]
Arskal Salim, Islam di Antara Dua
Model Demokrasi, dalam: Wajah Liberal Islam di Indonesia, Jakarta:
TUK, 2002, Hal. 27
[8]
Syamsu Rizal Pangabean, Prospek Islam Liberal di Indonesia
dalam Wajah Liberal Islam Di Indonesia, Penyunting: Luthfi
Assyaukanie, Jakarta: TUK, 2002, Hal. 9
[9] Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Islam Histori Dinamika Studi
di Indonesia, Yogyakarta: Galang Press, 2002, Hal. 61
[10]
Yusran Asmuni, Pengantar Studi Islam dan Gerakan
Pembaharuan dalam Dunia Islam, Jakarta: Grafindo, 1995, Hal. 7
[11]
Prof. Dr. A. Tafsir, dkk., cakrawala penididikan islam, Bandung:
Mimbar Pustaka, 2004, Hal. 2
[13] Bryan S. Turner, Orientalisme, Posmodernisme dan
Globalisme, Jakarta: Riora Cipta, 2002, Hal. 89
[14]
Bahtiar
Effendy, Masyarakat Agama dan Pluralisme Keagamaan, Yogyakarta: Galang
Press, 2001, Hal. 71
1 komentar:
mas ijin copy paste ya.,., semmoga bermanfaat makalah anda.,., :-)
Posting Komentar