BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pemikiran atau statemen adalah milik
siempunya sebelum diucapkan. Sebaliknya, setelah dikatakan segera menjadi milik umum. Ada pemikiran dan
statemen yang hilang bersama hembusan angin, tetapi ada juga yang abadi.
Pemikiran dan statemen yang abadi menjadi milik semua manusia melampaui ruang
dan waktu. Sehingga generasi belakangan mewarisinya dari generasi terdahulu.
Individu bergantian dengan masyarakat. Dari situlah terjadinya silih berganti
peradaban dan saling mengisi. Hingga sekarang tidak ada keraguan bahwa
kebudayaan Yunani mengambil dari peradaban-peradaban Timur. Ia amat
mempengaruhi peradaban latin, yang pengaruhnya berkembang hingga kebangkitan
Eropa. Peradaban-peradaban modern saling mengisi satu sama lain tanpa terputus.
2. Tujuan
a.
Untuk
melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Filsafat
b.
Untuk
memahami lebih dalam lagi akan arti filsafat dan sejarah perkembangannya
c.
Sebagai
bahan diskusi
.
3. Metode Penulisan
Kali ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Cara yang digunakan pada
penelitian ini adalah Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku
yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.
4. Rumusan Masalah
a.
Pengertian
Filsafat Islam
b. Objek
Filsafat Islam
c.
Manfaat
mempelajarinya
d. Pemikiran Ibnu Rusdy yang terpengaruh
terhadap timbulnya Renaissance
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat Islam
Filsafat Islam diartikan sebagai berpikir yang bebas, radikal dan berada
dalam dataran makna. Bebas artinya tidak ada yang menghalang pikiran bekerja,
sepanjang seseorang itu dalam keadaan sehat.
Filsafat Islam membahas hakikat semua yang ada sejak dari tahapan ontologis
hingga menjangkau dataran epistemologis, ekstetika dan etika disamping itu
Filsafat Islam membahas pula tema-tema fundamental dalam kehidupan manusia
yaitu Tuhan, manusia, alam dan kebudayaan.
Kajian filsafat islam terhadap objeknya (objek material) dari waktu ke
waktu mungkin tidak berubah. Tetapi, corak dan sifat serta dimensi yang menjadi
tekanan atau fokus-fokus kajiannya (objek formal) harus berubah, serta konteks
kehidupan manusia semangat baru yang selalu muncul dalam perkembangan zaman.
Dalam makalah ini juga mengkaji secara khusus objek-objek Filsafat Islam.
Seorang calon filosof atau guru pembimbing dapat menfasilitasi perkembangan
pribadi para mahasiswa.
Filsafat Islam terdiri dari 2 kata yaitu Filsafat dan Islam, dalam khasanah
ilmu, Filsafat diartikan sebagai berpikir yang bebas, radikal dan berada dalam
dataran makna.
Bebas artinya tidak ada yang menghalangi pikiran bekerja. Kerja pikiran
terdapat di otak, oleh karena itu tidak ada satu kekuatan apapun baik
raja/penguasa negara manapun yang bisa menghalangi seseorang untuk berfikir
apalagi mengatur/menyeragamkannya, sepanjang seseeorang itu dalam keadaan
sehat.[[1]]
B.
Objek-objek dalam Filsafat Islam
Secara
khusus objek-objek kajian tersebut dapat dirinci menjadi :
1. Ontologi, berhubungan dengan bahasan yang
ada (wujud/eksisteni) itu, mana/apa yang sebenarnya ada yang menjadi
landasan/sumber keberadaan yang lainnya. Ada beberapa sesuatu yang ada itu,
mengapa sesuatu ada dan bagaimana mengadanya, dalam konteks Islam berkaitan
degan apa dan siapa yang benar-benar wujud.
2. Teologi yaitu pembahasan tentang keTuhanan
yang akan meliputi eksistensi, esensi, sifat, nama dan perbuatan-Nya
3. Epistemologi yaitu pembahasan tentang
sumber asal segala sesuatu dan metode mengada/cara mendapatkan sesuatu bila
berhubungan dengan ilmu maka berarti sumber-sumber dan metode perolehannya.
4. Aksiologi yaitu pembahasan tentang nilai,
kegunaan dan manfaat segala sesuatu
5. Etika, pembahasan tentang baik buruknya prilaku
manusia berdasarkan dalil-dalil tertentu
6. Estetika yaitu pembahasan tentang
keindahan, seni dan berbagai dimensi dan cabangnya. Keindahan tersebut
mencangkup Keindahan Hakiki, Keindahan Natural, dan Artifisial.
7. Logika, berhubungan dengan pembahasan benar
salahnya suatu pemikiran rasio atau akal berdasarkan sistem tertentu. Atau
berkaitan dengan cara / metode berpikir yang dapat dipertanggungjawabkan dan
menghasilkan kebenaran yang sesungguhnya.
8. Metafisika, yaitu pembahasan tentang
sesuatu yang berada di luar jangkauan mata fisik/material atau yang tidak
tampak yang dalam bahasa agama disebut pembahasan yang gaib
9. Antropologi, membahas masalah hakekat
manusia dan hubungannya dengan fungsi dan perannya dari berbagai sudut pandang
10. Psikologi, membahas masalah aspek kejiwaan
manusia, hakekatnya, sifat-sifatnya dan relasi dengan realitas yang lainnya
serta pengarhunya pada perilaku dhahir dan batinnya manusia.
11. Kosmologi, membahas thakekat alam darimana
asal dan bagaimana penciptaanya serta jenis dari cakupannya
Objek Kajian Filsafat Islam
menurut Prof. Dr. Musa Asy’arie
1. Filsafat Islam membahasa hakikat semua
yang ada sejak dari tahapan ontologis, hingga menjangkau dataran metafisi.
Filsafat Islam juga membahasa mengenai nilai-nilai, yang meliputi dataran
epistemologis, estetika, dan etika. Disamping itu, filsafat islam membahas pula
tema-tema fundametal dalam kehidupan manusia, yaitu Tuhan, manusia, alam dan
kebudayaan. Yang disesuaikan dengan kecenderungan perubahan dan semangant jaman
2. Kajian filsafat Islam terhadap objeknya
(objek material) dari waktu ke watu, mungkin, tidak berubah tetapi corak dan
sifat serta dimensi yang menjadi tekanan atau fokus kajiannya (objek formal)
harus berubah, serta konteks kehidupan manuisa dan semangat baru yang selalu
muncul dalam setiap perkembangan zaman.[[3]]
C.
Manfaat Filsafat
Menurut
Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta,
maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni
adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi,
maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Dr. Oemar
A. Hoesin mengatakan : ilmu memberi kepada kita pengetahuan, dan filsafat
memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan
pengetahuan yang tersusun dengan tertib akan kebenaran.
S. Takdir
Alisyahbana menulis dalam bukunya : filsafat itu dapat memberikan ketenangan
pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang
tunggal (yaitu kebenaran) inilah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan
kebangsawan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti
yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi
dan satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya
seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni
tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam
atau pun kebenaran.
Radhakrishman
dalam bukunya, History of Philosophy,
menyebutkan : Tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa ketika
kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif,
menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah danmenuntun pada jalan
baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menopang
duniabaru, mencetak manusia-manusi yang menjadikan penggolongan-penggolongan
berdasarkan nation, ras, dan keyakinan keagamaan mengabi kepada cita mulia
kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal,
baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya.
Studi
filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas
dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan
keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung kepada
konsepsi yang prailmiah, yang usang, yang sempit, dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni,
pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan
Berbeda
dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk
mempertajam pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya
cukup diketahui, tetapi harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang
mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan
yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat hars mengjar manusia
bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat
kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku),
maupun metafisika (hakikat keadilan).
D.
Filsafat Islam dan Kebangkitan Eropa
(Renaissance)
Pemikiran Ibnu Rusdy yang berpengaruh
terhadap timbulnya Renaissance. Pmeikiran/Statemen adalah milik siempunya
sebelum diucapkan, tapi sebaliknya, setelah dikatakan segera menjadi milik
umum. Ada pemikiran dan statemen yang hilang bersama hembusan angi. Tetapi ada
juga yang abadi. Pemikiran dan statemen yang abadi menjadi milik semua manusia
melampaui ruang dan waktu sehingga generasi belakangan mewarisinya dari
generasi terdahulu.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Rasionalisme
adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpendirian bahwa sumber pengetahuan
yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah akal. Rasionalisme tidak mengingkari
peran pengalaman, tetapi pengalaman dipandang sebagai perangsang bagi akal atau
sebagai pendukung bagi pengetahuan yang telah ditemukan oleh akal. Akal dapat
menurunkan kebenaran-kebenaran dari dirinya sendiri melalui metode deduktif.
Rasionalisme menonjolkan “diri” yang metafisik, ketika Descartes meragukan
“aku” yang empiris, ragunya adalah ragu metafisik.
Empirisme
adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpendapat bahwa empiri atau
pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan. Akal bukanlah sumber
pengetahuan, akan tetapi akal berfungsi mengolah data-data yang diperoleh dari
pengalaman. Metode yang digunakan adalah metode induktif. Jika rasionalisme
menonjolkan “aku” yang metafisik, maka empirisme menonjolkan “aku” yang
empiris.
Ciri-ciri kritisisme diantarnya
adalah sebagai berikut:
• Menganggap bahwa objek pengenalan itu
berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
• Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio
manusia untuk mengetahui realitas atau
hakikat sesuatu; rasio hanyalah mampu
menjangkau gejalanya atau fenomenya saja.
DAFTAR
PUSTAKA
Hadiwijono,
Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Baru
2. Yogyakarta : Kanisius
Syadali,
Ahmad dan Mudzakir. 1997. Filsafat Umum. Bandung : Pustaka Setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar